::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Selasa, 01 Mei 2012


Wahyu Setan


Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya; ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas RA, "Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu." Ibnu Abbas berkata, "Dia benar." Ibnu Abi Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, "Ibnu Abbas mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?"
Kata Ibnu Abbas, "Sesungguhnya wahyu itu ada dua; wahyu dari Allah dan wahyu dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya." Lalu, Ibnu Abbas pun membaca ayat, "Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada kawan-kawannya untuk membantah kalian." (QS. Al-An'am: 121)
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.' Ia bisa membuat keajaiban-keajaiban laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim panas, ia datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan ketika musim dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga, banyak orang yang terpesona dan mengikuti kesesatannya.
Al-Harits ditangkap oleh Khalifah Abdul Malik. Ia disuruh bertaubat dan diberi kesempatan untuk bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk menyadarkannya. Tapi ia enggan. Ia tetap dalam kesesatannya. Akhirnya, Abdul Malik pun menjatuhkan hukuman mati padanya. Al-Ala` bin Ziyad berkata, "Aku tidak iri sedikit pun pada kekuasaan Abdul Malik. Tapi aku iri dengan vonis matinya terhadap Al-Harits. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum muncul tiga puluh orang dajjal pendusta yang semuanya mengaku nabi. Maka barangsiapa yang mengaku nabi, bunuhlah ia. Dan barangsiapa yang membunuh salah seorang dari mereka, maka ia akan masuk surga'." (HR. Ibnu Asakir) 
Setidaknya ada dua hal yang membuat seseorang mengaku nabi dan atau mendapatkan wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pertama, karena kebodohannya. Dan kedua, karena nafsu duniawi.
Dikarenakan kebodohan terhadap ajaran agama, seseorang yang lemah imannya sangat mudah digelincirkan setan. Dengan segala kelihaian dan kecerdikannya, setan bisa membuat seseorang merasa sangat yakin bahwa bisikan yang diterimanya adalah wahyu. Padahal, itu tak lain adalah bisikan setan
Dan, dikarenakan nafsu duniawi, baik itu motivasi materi ataupun kedudukan, seseorang bisa saja mengaku sebagai nabi dengan cara-cara yang dipoles sedemikian rupa. Anehnya, masih saja ada orang ‘Islam' yang percaya kepada nabi palsu. Dan tak kalah aneh, ada pula yang menganggap nabi palsu sebagai seorang mujaddid! Wallahu a'lam.

0 komentar: