Wahyu Setan
Imam
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya; ada seorang laki-laki bertanya
kepada Ibnu Abbas RA, "Hai Ibnu Abbas, sesungguhnya Al-Mukhtar bin Abi
Ubaid mengaku bahwa tadi malam dia mendapatkan wahyu." Ibnu Abbas
berkata, "Dia benar." Ibnu Abi Zumail yang saat itu berada di dekat Ibnu
Abbas langsung tersentak. Dia bangun dan berkata, "Ibnu Abbas
mengatakan Al-Mukhtar benar telah mendapatkan wahyu?"
Kata
Ibnu Abbas, "Sesungguhnya wahyu itu ada dua; wahyu dari Allah dan wahyu
dari setan. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sedangkan wahyu setan diturunkan kepada kawan-kawannya." Lalu, Ibnu
Abbas pun membaca ayat, "Sesungguhnya setan itu memberikan wahyu kepada
kawan-kawannya untuk membantah kalian." (QS. Al-An'am: 121)
Pada
masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan Al-Umawi, juga ada nabi palsu
bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya, ia adalah seorang zuhud
yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari jalan Allah dan
mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.' Ia bisa
membuat keajaiban-keajaiban laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim
panas, ia datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan
ketika musim dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga,
banyak orang yang terpesona dan mengikuti kesesatannya.
Al-Harits
ditangkap oleh Khalifah Abdul Malik. Ia disuruh bertaubat dan diberi
kesempatan untuk bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk
menyadarkannya. Tapi ia enggan. Ia tetap dalam kesesatannya. Akhirnya,
Abdul Malik pun menjatuhkan hukuman mati padanya. Al-Ala` bin Ziyad
berkata, "Aku tidak iri sedikit pun pada kekuasaan Abdul Malik. Tapi aku
iri dengan vonis matinya terhadap Al-Harits. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, ‘Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum muncul tiga puluh
orang dajjal pendusta yang semuanya mengaku nabi. Maka barangsiapa yang
mengaku nabi, bunuhlah ia. Dan barangsiapa yang membunuh salah seorang
dari mereka, maka ia akan masuk surga'." (HR. Ibnu Asakir)
Setidaknya ada dua hal yang membuat seseorang mengaku nabi dan atau mendapatkan wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pertama, karena kebodohannya. Dan kedua, karena nafsu duniawi.
Dikarenakan
kebodohan terhadap ajaran agama, seseorang yang lemah imannya sangat
mudah digelincirkan setan. Dengan segala kelihaian dan kecerdikannya,
setan bisa membuat seseorang merasa sangat yakin bahwa bisikan yang
diterimanya adalah wahyu. Padahal, itu tak lain adalah bisikan setan
Dan,
dikarenakan nafsu duniawi, baik itu motivasi materi ataupun kedudukan,
seseorang bisa saja mengaku sebagai nabi dengan cara-cara yang dipoles
sedemikian rupa. Anehnya, masih saja ada orang ‘Islam' yang percaya
kepada nabi palsu. Dan tak kalah aneh, ada pula yang menganggap nabi
palsu sebagai seorang mujaddid! Wallahu a'lam.
0 komentar: