::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Selasa, 22 Mei 2012

Ketika kekafiran didekati, keimanan disingkiri


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْأَحَدُ الْحَقُّ الْمُبِينُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا . أَمَّا بَعْدُ :
Ada contoh yang Allah sebut sebagai uswah hasanah (teladan yang baik) mengenai sikap menghadapi kekafiran. Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS Al-Mumtahanah/ 60: 4).
Dalam kenyataan hidup sekarang, kalau kita merujuk kepada ayat tersebut, maka kita temui ada yang sangat berbalikan. Padahal ayat itu bukan sekadar diakui sebagai kalamullah, firman Allah ‘Azza wa Jalla, namun perlu diterapkan dalam hidup ini dalam menjaga keimanan. Namun sebagian dari orang yang mengaku dirinya Islam, bahkan sebagai tokoh Islam, namun bisa dilihat secara lahiriyah sangat berseberangan dengan ayat. Inilah contohnya dalam sebuah berita berikut ini.
***

Pemilihan Gubernur DKI

Hidayat dan Semua Kandidat Minta Dukungan Umat Katolik
JAKARTA - Berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang bernapaskan Islam, calon gubernur (cagub) Hidayat Nur Wahid mengaku butuh dukungan suara dari umat Katolik DKI Jakarta, agar bisa memenangkan Pilgub pada 11 Juli nanti.
Hal itu disampaikan Hidayat saat acara tatap muka dengan umat Katolik, yang bertajuk ‘Dialog Anak Bangsa Bagi Negeri, Partisipasi Umat Kristiani dalam Pembangunan DKI Jakarta’, di Aula Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2012).
Menurut Hidayat, umat Katolik juga merupakan bagian warga Jakarta, yang berkepentingan menyukseskan pilgub.
“Sudah sangat sewajarnya saya dan calon lainnya mengharapkan dukungan dari teman-teman umat Katolik,” ujar Hidayat.
Bagi Hidayat, harmoni dan sinergi antarumat bukan hanya diajarkan agama Islam, melainkan juga agama lain. Karena itu, PKS pun menerima bantuan sosial dari sejumlah gereja untuk dibagikan ke warga, saat Jakarta dilanda banjir pada 2002 silam.
“Begitu pun saat banjir Bohorok, kami di PKS menerima bantuan dengan tangan terbuka tanpa melihat agamanya,” tutur Hidayat.
Harapan dukungan umat Katolik juga disampaikan cagub dan cawagub lain, yang ikut dalam acara tersebut.
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, cawagub yang berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi), meminta warga Jakarta memilih pemimpin dengan melihat latar belakangnya, baik dan bersih atau tidaknya dari korupsi, hingga profesionalisme sebagai pemimpin.
“Jangan lihat dia Katolik atau tidak, Jawa atau bukan. Tapi, lihat rekam jejaknya,” pinta Ahok.
“Kalau ada yang lebih baik dari kami, tolong jangan pilih kami. Tapi, kalau yang lebih baik memang kami, ya, pilih kami. Karena, Anda baru akan memilih untuk lima tahun lagi,” papar mantan Bupati Belitung Timur dan anggota DPR RI.
Hendardji Soepandji, cawagub yang berpasangan dengan Riza Ahmad Patria dari jalur independen, ikut menyuarakan hal yang sama kepada ratusan umat Katolik yang hadir dalam dialog tersebut.
“Saya sangat mengharapkan dukungannya, karena seluruh bangsa Indonesia adalah saudara kandung saya sendiri,” tegas adik kandung mantan Jaksa Agung Hendarman Soepandji.
Nono Sampono, cawagub yang berpasangan dengan Alex Noerdin dari Partai Golkar, menganggap keaktifan dan kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk umat Katolik, membuktikan dirinya butuh dukungan.
Ia mengatakan, sejak 22 tahun lalu sampai saat ini, masih menjadi Ketua Alumni SMA Xaverius di Ambon.
“Latar belakang saya bisa dilihat bagaimana saya berinteraksi dengan teman-teman. Bagi saya, satu suara berarti, apalagi umat Katolik banyak,” kata Nono.
Sementara, cawagub yang berpasangan dengan Faisal Basri dari jalur independen, Biem Benyamin menuturkan, perbedaan adalah suatu keindahan.
Ia pun tak sungkan mengharapkan dukungan suara sekaligus doa dari umat Katolik Jakarta, pada Pilgub 11 Juli mendatang.
“Saya tidak hanya mengharapkan dukungan umat Katolik, tapi juga doanya,” cetus Biem. (*)
Oleh Abdul Qodir | TRIBUNnews.com Tribunnews.com – Sabtu, 19 Mei 2012 23:52 WIB
***
Termasuk golongan mereka
Ayat-ayat lain yang memperingatkan tentang itu sebenarnya banyak juga. Di antaranya:
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ[
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai teman setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (Al-Maidah: 51)
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآْخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَِ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. “ (Al-Mujadilah : 22).
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ[
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. “ (Al-Mumtahanah: 1)
Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang wajibnya wala’ dan bara’ yakni loyalitas kepada orang-orang mukmin Dan memusuhi orang-orang kafir.
Wala’ dan bara’ yakni loyalitas kepada orang-orang mukmin dan memusuhi orang-orang kafir adalah bagian dari iman bahkan syarat sahnya iman, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala:
] تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ !وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ[
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Maidah: 80-81)
Ibn Taimiyah berkata tentang ayat ini: “Penyebutan jumlah syarat mengandung konsekuensi bahwa apabila syarat itu ada, maka yang disyaratkan dengan  kata “seandainya” tadi pasti ada, Allah berfirman:
] وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ[
“Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong”.
Ini menunjukkan bahwa iman tersebut menolak penobatan orang-orang kafir sebagai wali-wali (para kekasih dan penolong), tidak mungkin iman dan sikap menjadikan mereka sebagai wali-wali bertemu dan bersatu dalam hati. Ini menunjukkan bahwa siapa yang mengangkat mereka sebagai wali-wali, berarti belum melakukan iman yang wajib kepada Allah, Nabi dan apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an)”. (Ibn Taimiyah, Kitab al-Iman, 14, sebagaimana dikutip Ustadz Agus Hasan Bashari dalam makalahnya, Aqidah Wala’ dan Bara’).
Melirik kesenangan dunia
Syeikh Fauzan menguraikan, di antara sikap wala’ (loyal) terhadap orang kafir adalah:
Memuji dan membanggakan keadaan mereka seperti kagum terhadap peradaban, akhlak dan kemajuan teknologi mereka tanpa memperhatikan akidah mereka yang keliru dan agama mereka yang rusak.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى} (131) سورة طـه.
“Dan janganlah kamu tunjukkan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya, dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Toha: 131).
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh mencari tahu tentang sebab-sebab kekuatan mereka, seperti: kemajuan teknologi, teknik militer dan keberhasilan ekonomi mereka, akan tetapi yang demikian itu justru dituntut.
Allah Ta’ala berfirman:”Bersiaplah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa yang kamu sanggupi” (QS. Al-Anfaal: 7).
Pada dasarnya beberapa hal yang bermanfaat dan rahasia-rahasia alam semesta yang ada adalah untuk kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
{قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ …} (32) سورة الأعراف.
“Katakanlah:’Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan juga rejeki yang baik?’. Katakanlah:’Semua itu disediakan bagi orang-orang yang beriman di dunia dan khusus untuk mereka saja di hari kiamat…” (QS. Al-A’raf: 32).
Firman Allah Ta’ala:
{وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لَّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} (13) سورة الجاثية.
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. Ak-Jatsiyah: 13).
Allah Ta’ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً …} (29) سورة البقرة.
“Dialah yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu…” (QS. Al-Baqoroh: 29).
Oleh karena itu kaum muslimin wajib saling berlomba dalam usaha memperoleh beberapa teknologi dan potensi yang ada, jangan sampai detemukan orang kafir agar mereka tidak tergantung kepada orang kafir dalam memperoleh teknologi tersebut. Bahkan dianjurkan agar mereka memiliki industri-industri dan menciptakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan. Syaikh Shalih bin fauzan bin Abdullah alu fauzan, madhahir Muwalat alkuffar, dalam kitab Al-Irsyad ila shahihi al-I’tiqad warred ‘ala ahlis syirki wal ilhad 1/287).
Dalam kenyatan hidup ini, apakah yang dipelajari dan dilirik itu teknologi yang dimiliki kaum kafir untuk ditekuni sehingga Ummat Islam mampu mengelola kehidupan dunia ini dan tidak tergantung kepada kaum kuffar, atau justru hanya mendekat-dekat kepada kafirin agar mendapatkan restunya bahkan ada yang jelas-jelas minta doanya seperti para calon gubernur Jakarta itu?
Astaghfirullah… doa orang kafir pun diminta.
Sudah sebegitu wala’nya kah calon-calon yang melamar jadi pejabat itu kepada orang-orang kafir? Lantas ke mana keimanan yang dalam Islam harus senantiasa dijaga itu, apakah  disingkirkan begitu saja?
Semoga ini menjadi bahan pertimbangan benar-benar bagi orang Muslim, siapa saja. Sebab, kalau mati dalam keadaan imannya sudah disingkirkan atau bahkan sudah hilang –na’udzubillah min dzalik— maka sama sekali tidak beruntung.
Makanya Allah Ta’ala berwasiat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [آل عمران : 102]
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Qs Ali ‘Imran: 102).
Artinya  janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan  mukmin (orang yang beriman) menurut Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya. Sedangkan dalam peringatan ayat tadi:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai teman setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (QS Al-Maidah: 51).
Semoga Allah Ta’ala melindungi Ummat Islam dari hal yang demikian. Amien ya Rabbal ‘alamien.
وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَإِلَيْهِ الْمَرْجِعُ وَالْمَآبُ وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ رُسُلِهِ وَأَنْبِيَائِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَنْصَارِهِ وَأَشْيَاعِهِ وَخُلَفَائِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا نَسْتَوْجِبُ بِهِمَا شَفَاعَتَهُ ” آمِينَ “ .
Read More --►

Siapa Saja Jaringan Israel di Indonesia?


Sejatinya banyak orang Indonesia yang  menjadi bagian dari jaringan Zionis-Israel.  Anehnya justeru yang banyak membangun “connection” (hubungan jaringan) dengan Zionis-Israel itu dari kalangan tokoh-tokoh Islam di Indonesia.
Kalau beberapa hari lalu, di dunia Arab geger, dan bahkan parlemen Mesir mengajukan resolusi, yang mengecam dan menginginkan agar Mufti Al-Azhar Dr. Ali Juma’ah dipecat sebagai Mufti  Al-Azhar, karena melakukan kunjungan ke Jerusalem; di mana Jerusalem masih dibawah pendudukan Zionis-Israel; kunjungan Ali Juma’ah itu, dinilai memberikan legitimasi (pembenaran) atas pendudukan dan penjajahan Jerusalem oleh Zionis-Israel.
Sekarang ada orang-orang Indonesia menghadiri hari ulang tahun kemerdekaan Zionis-Israel di Singapura. Menghadiri kemerdekaan Zionis-Israel itu, secara de facto dan de jure, memberikan pengakuan eksistensi Zionis-Israel atas  pendudukan tanah Palestina, yang dirampasnya sejak sebelum kemerdekaan tahun 1948, dan kemudian menjadi tanah airnya, sesudah membunuh, menghancurkan bangsa Palestina, serta mengusirnya dari tanah kelahiran mereka.
Memang bukan sekali ini kunjungan orang Indonesia ke Kedutaan Israel di Singapura. Sudah sangat sering. Karena Singapura menjadi pintu bagi orang, kelompok yang ingin menjadi bagian kepentingan Zionis-Israel di Asia ini.
Jerusalem Post, 8 Desember 2007, pernah memberitakan kunjungan lima orang tokoh yang mewakili Ormas Islam menemui Presiden Shimon Peres. Para tokoh Ormas Islam itu menghabiskan waktu selama seminggu di Israel. Mereka bertemu dengan berbagai tokoh puncak negeri Zionis-Israel, termasuk Presiden Israel Shimon Peres.
Bahkan, klaim Jerusalem Post itu, kelima tokoh itu mewakili Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdathul Ulama dan Muhammadiyah. Kunjungan mereka ke negeri Zionis itu, disponsori oleh Simon Wiesanthal Center dan LibForAll Foundation..
Tokoh Muhammadiyah yang pernah berkunjung ke Israel diantaranya Syafiq Mugni, Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Dari PP Muhammdiyah Dr. Habib Cirzin pernah pula berkunjung ke Israel.
Syafiq Mugni  Ketua Umum Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, saat bertemu dengan Shimon Peres menghadiahkan kepada Peres sebuah tutup kepala yang dikenal bernama ”kippa” bertuliskan kata “shalom“,  yang dalam bahasa Ibrani artinya ”kedamaian”. Para tamu Indonesia itu tampak gembira sekali ketika Peres langsung memasang kippa tersebut di kepalanya.
Selanjutnya, mereka melanjutkan pembicaraan seputar berbagai topik termasuk ekonomi, politik, agama dan perayaan hari jadi  Israel ke 60 bulan Mei 2008 mendatang. Bahkan, kemungkinan membuka hubungan diplomatik antara Indonesia-Israel.
Shimon Peres menyatakan, Israel berbahagia bisa berhubungan dengan Indonesia serta mengundang para pemimpinnya. Peres akan mengundang kembali para tokoh Indonesia untuk doa perdamaian di saat Negeri Zionis ini akan memperingati hari jadinya ke 60 nanti bulan Mei 2008. Dalam kesempatan itu, Peres juga mengatakan, musuh Israel bukanlah Islam, tapi “teror”, ucapnya.
Syafiq Mugni dalam kesempatan itu menjelaskan tentang Indonesia menyangkut perkembangan ekonominya, demokrasi dan sistem kependidikannya. Menurut Syafiq,  dirinya berharap Muslim Indonesia semakin toleran, meski sebagaian juga masih ada yang menentang demokrasi. Sementara itu, Wakil NU Abdul A’la (kini menjabat rector di IAIN Surabaya?, red nm) mengakui masih ada kelompok kecil “ekstrimis” Muslim di Indonesia.
Ditemani Kepala Wiesenthal Center Associate, Rabbi Abraham CooPeres dan   CEO, LibForAll Foundation,  C.C. Holland Taylor, delegasi Ormas NU dan Muhammadiyah ikut serta dalam suatu upacara cahaya lilin Hanukka yang diikuti dengan tarian di Hesder Yeshiva di Kiryat Shmona.
LibForAll Foundation  disebut-sebut lembaga Zionis yang berkedok “Liberalisme dan Pluralisme” di Indonesia. Kelompok LibForAll Foundation, di Indonesia banyak berhubungan dan berkolaborasi dengan berbagai Ormas Islam, yang tujuannya membangun hubungan lebih inten dengan Zionis-Israel.
Di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, lebih jauh langkah-langkah yang akan dijalankannya. Termasuk akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Wahid bertemu dengan Presiden Shimon Peres, dan bahkan Abdurrahman Wahid menjadi anggota Yayasan Institute Shimon Peres.
Tokoh yang mendapatkan julukan dari Presiden SBY sebagai “bapak” pluralisme itu, pernah mendapatkan hadiah “Medal  of Valor” (medali keberanian) dari Yahudi Internasional di Kalifornia, Amerika Serikat. Upacara itu sangat meriah, berlangsung di Beverly Wilshire Hotel, 9500, Wilshire Blvd, Beverly Hills, Los Angeles, California, 6 Mei 2008.
Saat pemberian hadiahnya itu, dihadiri seluruh tokoh-tokoh terkemuka Yahudi dari seluruh Amerika, termasuk bintang terkemuka Amerika Will Smith. Begitulah kisah bagaimanan Israel “connection” berada di Indonesia.
Tetapi, jaringan Israel “connection” sudah sangat luas di Indonesia, termasuk dari kalangan militer. Di zamannya Jenderal Benny Murdani, militer Indonesia mempunyai hubungan dekat dengan Zionis-Israel, seperti digambarkan dalam buku biografinya Jenderal Sumitro. 
Walaupun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi hubungan berjalan di segala bidang. Termasuk di bidang perdagangan dan teknologi. Pernah diributkan bagiamana perusahaan Israel memenangkan tender perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Jadi jaringan Israel “connection” sudah sangat jauh dan lama.
Kedatangan sejumlah warga negara Indonesia dalam upacaya hari ulang tahun kemerdekaan negeri Zionis-Israel di Singapura itu, hanya puncak gunung es. Di Manado terdapat Sinagog, yang menjadi tempat berkumpulnya, jaringan Israel “connection” di Indonesia. Wallahu a’lam.
Read More --►

Pejabat Kementerian Malaysia Sebut Buku Irshad Hina Islam

(via email/RSS). Terima kasih atas kunjungannya!
Seorang menteri di Jabatan Perdana Menteri Datuk Seri Jamil Khir Baharom meminta Kementerian Dalam Negeri (KDN) supaya segera menyelidiki buku terbaru hasil tulisan seorang aktivis liberal, Irshad Manji.
Hasil pandangan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, buku bertajuk “Allah, Liberty and Love” itu dipenuhi unsur penghinaan terhadap Islam, demikian dikutip kantor berita Bernama.
Ia juga meminta pada pihak berwajib termasuk KDN menjalankan tugasnya melalukan pemeriksaan di sekitar Kuala Lumpur serta Selangor namun kuasa untuk melarang penjualan buku itu di negara ini terletak di tangan KDN.
“Di Kuala Lumpur, tempat-tempat yang dia (Irshad) pergi itu pihak-pihak bertanggungjawab sama ada di Kuala Lumpur ataupun di Selangor telah pun mengambil tindakan masing-masing,” katanya hari ini.
Ia juga mengatakan,  tindakan memeriksa buku apakah dijual atau sebaliknya, perlu dilakukan. Sebab seharusnya, buku seperti ini memang tidak dijual.
“Tindakan untuk pengharaman buku ni di bawah KDN. Kita (Jakim) boleh bagi pandangan kepada KDN dan berdasarkan daripada pengamatan awal kita, buku ini merupakan buku yang berbahaya kepada umat Islam, jadi kita akan panjangkan pandangan kepada KDN untuk buku ni diambil tindakan,” katanya.
Irshad, dikenal seorang pendukung lesbian, gay, biseksual dan transeksual (LGBT). Ia masuk ke Malaysia untuk kampanye buku nya yang baru, setelah mendapat penolakan di Indonesia.
Sebelum ini, Jakim dan KDN telah melarang semua acara yang melibatkan wanita itu karena ideologi yang dibawanya dapat memberi implikasi buruk terhadap umat Islam di negara ini.
Ideologi tersebut juga dinilai bertentangan dengan kedudukan Malaysia sebagai negara Islam berdasarkan Perkara 3 (1) Perlembagaan Persekutuan (Islam sebagai Agama Persekutuan), akta dan enakmen agama Islam negeri-negeri, undang-undang civil dan norma masyarakat.*
Read More --►

Menghancurkan Makkah dan Madinah Bagian dari Materi Pelatihan Militer Amerika Serikat


leon-panetta
Sebuah kelompok advokasi Muslim Amerika Serikat terkemuka menyerukan kepada Departemen Pertahanan (DoD) untuk memberhentikan instruktur yang mengajar para perwira, bahwa hanya "perang total" terhadap Islam yang akan melindungi Amerika, sembari mengecam adanya ajaran untuk penggunaan taktik ala "Hiroshima" untuk melenyapkan kota-kota suci umat Islam Makkah dan Madinah.
"Sangat penting bahwa mereka yang mengajar para pemimpin masa depan militer kita untuk berperang bukan hanya pada musuh teroris, tetapi pada ajaran Islam itu sendiri mereka juga harus bertanggung jawab," kata Nihad Awad, Direktur Eksekutif Nasional dari Council on American-Islamic Relations (CAIR ), menulis dalam sebuah surat kepada Menteri Pertahanan Leon Panetta.
"Informasi ini sangat mengejutkan dan benar-benar tidak sejalan dengan nilai-nilai lama dari salah satu lembaga negara kita yang paling dihormati," ujar Nihad.
CAIR telah memperbaharui kekhawatiran mereka setelah majalah Wired mengungkapkan rincian bahwa program DoD bagi para pemimpin militer Amerika Serikat di masa depan ditangguhkan.
Pentagon menunda program pelatihan setelah bahan studi pelatihan diposting secara online yang menyarankan bahwa Makkah dan Madinah mungkin harus dilenyapkan.
"Kami sekarang mulai memahami bahwa tidak ada yang namanya 'Islam moderat'," kata laporan Wired.
"Oleh karena itu waktu bagi Amerika Serikat untuk membuat hal ini menjadi jelas. Ideologi barbar ini tidak bisa lagi ditoleransi. Islam harus berubah atau kita akan memfasilitasi kehancuran diri mereka sendiri."
Kursus militer untuk para perwira ini juga mendesak penggunaan taktik "Hiroshima" yang menargetkan penduduk sipil dan meninggalkan Konvensi Jenewa.
Materi kursus menyarankan untuk menerapkan taktik "Hiroshima, Nagasaki" ke kota-kota suci Islam, khususnya Makkah dan Madinah dalam kehancuran, menambahkan bahwa Konvensi Jenewa mungkin tidak lagi relevan untuk masalah ini.
Sumber: The Truth Seeker Media
Read More --►

Apa Hubungan Tarekat, Theosofi Yahudi, dan NU dalam Mendukung Penjajah dan Menghadapi Islam?



blavatsky-theosophy
nu
Akhir-akhir ini semakin berani adanya kelompok tertentu yang menyelisihi Ummat Islam pada umumnya dalam mengawali puasa Ramadhan dan Idul Fithri. Seolah bahkan unjuk gigi. Di antara yang jelas-jelas menyelisihi itu adalah kelompok Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat. Ramadhan 1432 H/ 2011, mereka mendahului keputusan pemerintah dua hari. Sehingga mereka telah memulai puasa Ramadhan hari Sabtu 30 Juli 2011, padahal keputusan pemerintah Indonesia bahkan Saudi Arabia dan lain-lain awal Ramadhan 1432 H adalah hari Senin 1 Agustus 2011.
Secara petunjuk dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengawali puasa dan berhari raya Idul Fithri itu adalah dengan melihat hilal (bulan sabit tanda tanggal satu), atau kalau tertutup awan (tidak terlihat) maka bulannya disempurnakan 30 hari. Di samping itu, mengawali puasa Ramadhan dan berhari raya itu sesuai dengan keadaan masyarakat, awal puasa pada saat mereka mengawali puasa, dan berhari raya saat mereka berhari raya.
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ
Berpuasalah karena melihat hilal, begitu pula berhari rayalah karena melihatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ وَانْسُكُوا لَهَا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ فَصُومُوا وَأَفْطِرُوا
Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah (berhari raya Fithri lah) kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.”( HR. An Nasai no. 2116. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dalam hadits ini dipersyaratkan dua orang saksi ketika melihat hilal Ramadhan dan Syawal. Namun untuk hilal Ramadhan cukup dengan satu saksi karena hadits ini dikhususkan dengan hadits Ibnu ‘Umar yang telah lewat. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/ 92).
Di samping itu ada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
Puasa kalian ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, idul fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul fithri, dan idul adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul adha.” ( HR. Tirmidzi no. 697. Beliau mengatakan hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Ketika menyebutkan hadits tersebut, Abu Isa At Tirmidzi rahimahullah menyatakan, ”Sebagian ulama menafsirkan hadits ini dengan mengatakan, “Puasa dan hari raya hendaknya dilakukan bersama jama’ah (yaitu pemerintah kaum muslimin) dan mayoritas manusia (masyarakat)”. ”  (lihat http://muslim.or.id/ramadhan/menentukan-awal-ramadhan-dengan-hilal-dan-hisab.html, atau lihat http://nahimunkar.com/pemerintah-putuskan-awal-puasa-ramadhan-1432h-senin-1-agustus-2011/)
Berita tentang pengumuman pemerintah mengenai awal Ramadhan 1432H dan penyelisihan kelompok Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat sebagai berikut:
Pemerintah akhirnya memutuskan awal puasa Ramadhan 1432H jatuh pada Senin, 1 Agustus 2011. Keputusan ini diambil dalam siding itsbat di Kementerian Agama, yang dipimpin Menteri Agama, Suryadharma Ali, Ahad, 31 Agustus 2011. Dari 38 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia, tiga lokasi melihat penampakan hilal yaitu di Makassar, Gresik, dan Bangkalan.
Permulaan puasa 1 Agustus juga akan berlaku di Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Yaman. Di Indonesia, permulaan puasa Ramadan juga akan berlangsung 1 Agustus.
Sementara itu, sejumlah umat Islam dari pengikut Tarekat Naqsabandiyah Islam tradisional di Sumatera Barat sudah mulai puasa sejak Sabtu, 30 Juli 2011. Pimpinan jemaah Naqsabandiyah untuk Musala Baitul Makmur di Pasar Baru, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Syafri Malin Mudo, mengatakan berdasarkan hisab ajaran Naqsabandiyah penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha selalu lebih awal 2 hari dari versi pemerintah.
“Hal itu didasarkan pada metode hisab Munjid yang digunakan Tarekat Naqsabandiyah yang berasal dari Mekkah, Arab Saudi. Berdasarkan kalender kami, 1 Ramadan 1432 Hijriah jatuh hari Sabtu 30 Juli 2011,” kata Syafri, Minggu 30 Juli 2011.
Masjid pengikut ajaran ini juga terdapat di sejumlah kota dan kabupaten lain di Sumatera Barat. Pengikut Naqsabandiyah di Kota Padang lebih dari 3.000 orang, sedangkan di Sumatera Barat sekitar 8.000 orang.
Pantas dipertanyakan, apa latar belakang Tarekat Naqsabandiyah menyelisihi pelaksanaan awal Ramadhan, dan juga biasanya menyelisihi dalam berhari raya Idul Fithri itu? Karena sebenarnya dalam Islam sudah ada petunjuk dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana tatacara untuk mengawali puasa Ramadhan, dan menentukan hari raya, seperti tercantum dalam hadits-hadits shahih yang telah dijelaskan oleh para ulama tersebut. Sedangkan Islam ini ketika sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada pilihan yang lain-lain lagi. Dalilnya firman Allah Ta’ala:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا  [الأحزاب/36]
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Qs al-Ahzab 33:36).

Jadi sebenarnya, ada apa di balik Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat?
Mari kita lihat kaitannya dengan gerakan kebatinan Yahudi yakni Theosofi dan juga gerakan kaum Adat di Sumatera Barat.  Inilah uraiannya, sebuah tulisan dari pengamat tentang Yahudi, Artawijaya:
Gerakan Theosofi dan Kaum Adat di Minangkabau
Datuk-Sutan-Maharadja
Datuk Sutan Maharadja, tokoh adat, penganut tarekat, penganut Theosofi Yahudi, penentang kelompok Islam
Theosofi adalah perkumpulan sinkretisme yang kemudian banyak melahirkan istilah-istilah baru, seperti agama kemanusiaan, agama budi, agama kemerdekaan, agama universal dan lain-lain.
Theosofi adalah organisasi kebatinan yang didirikan oleh para Yahudi dan aktivis Freemasonry, yaitu: Helena Petrovna Blvatsky, Henry Steel Olcott, William Quan Judge, Dr Annie Besant, dan Charles Webster Leadbeater. Mereka adalah orang-orang yang bergiat dalam diskusi-diskusi mengenai okultisme, ancient wisdom (kearifan kuno), dan doktrin-doktrin kabbalah. Mereka kemudian mendirikan the Theosophical Society (Masyarakat Theosofi) pada tahun 1875 di New York, Amerika Serikat.
Apa itu organisasi Theosofi? Dalam situs www.theosofi-indonesia.com, dijelaskan, “Theosofi adalah sebuah badan kebenaran yang merupakan dasar dari semua agama, yang tidak dapat dimiliki dan dimonopoli oleh agama atau kepercayaan manapun. Theosofi menawarkan sebuah filsafat yang membuat kehidupan menjadi dapat dimengerti, dan Theosofi menunjukkan bahwa keadilan dan cinta-kasihlah yang membimbing evolusi kehidupan.”
Dari penjelasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa, Theosofi menganggap bahwa kebenaran adalah dasar semua agama yang tidak bisa dimonopoli oleh agama atau kepercayaan apapun. Dengan kata lain, tidak boleh ada satu agama manapun yang merasa keyakinannya paling benar. Semua agama, selama membawa kebenaran dan kebaikan, menurut Theosofi pada hakikatnya sama. Kebenaran yang dimaksud oleh Theosofi adalah kesatuan hidup menuju pada Yang Satu, sedangkan kebaikan adalah wujud dari pengabdian kepada kemanusiaan. Theosofi berkeyakinan, “There is no religion higher than truth” (Tidak ada agama yang lebih tinggi daripada kebenaran). (http://www.suara-islam.com/news/kajian-dan-dakwah/freemasonry/2335-doktrin-pluralisme-agama-jil-dan-theosofi-bag2)
***
Penganut Theosofi di Minangkabau menolak penegakkan syariat yang dianggap ancaman terhadap adat istiadat Minangkabau. Padahal syariat yang ingin ditegakkan ketika itu hanyalah ingin menghapus adat istiadat yang bertentangan dengan akidah Islam.
Gerakan Theosofi tak hanya ada di Tanah Jawa. Di Minangkabau, Sumatera Barat, organisasi kebatinan Yahudi ini juga memiliki banyak pengikut. Terutama mereka yang dididik di sekolah-sekolah milik pemerintah kolonial, elit setempat yang memiliki kedekatan dengan Belanda, dan para penganut tarekat. Para penganut tarekat menganggap Theosofi sama dengan tasawuf, sebagaimana anggapan ini juga pernah hinggap pada Haji Agoes Salim yang sempat menjadi anggota Theosofi dan kemudian keluar dari keanggotaan setelah mengetahui tujuan sesungguhnya dari Theosofi yang tidak sejalan dengan Islam. Haji Agoes Salim bahkan pernah menerjemahkan buku berjudul “Kitab Theosofi” yang ditulis oleh tokoh Theosofi dunia, Charles Webster Leadbeater.
Sebagaimana di Tanah Jawa, penganut Theosofi di Minangkabau juga memiliki kedekatan dengan pemerintah Belanda. Mereka juga terlibat dalam permusuhan dengan kelompok Islam, utamanya mereka yang menginginkan ajaran Islam bersih dari unsur-unsur tradisi dan adat istiadat yang bukan berasal dari Islam atau yang bertentangan dengan Islam. Di Sumatera Barat, tokoh kaum adat yang menginginkan tradisi tetap berada di atas (mengungguli?, red nm) hukum syariat, adalah mereka yang tercatat sebagai penganut organisasi Theosofi. Sedangkan mereka yang menginginkan tradisi Minangkabau bersih dari unsur-unsur bid’ah, khurafat, dan takhayul yang berasal dari tradisi di luar Islam, disebut sebagai kaum muda Islam. Namun, kaum adat menyebut mereka yang ingin mengadakan pemurnian ajaran Islam ini dengan sebutan “Kelompok Paderi” atau “penganut Wahabi”.
Dalam sejarah tercatat, mereka yang dituduh sebagai pewaris gerakan Paderi dan pembawa paham Wahabi, serta penentang kelompok adat adalah Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah dari Buya Hamka), Haji Miskin, Haji Abdullah Ahmad, Syekh Djamil Djambek, dan Syekh Achmad Khatib. Mereka sendiri tidak pernah menyebut dirinya sebagai kelompok Wahabi dan tak pernah juga menyatakan dirinya sebagai pewaris gerakan Paderi. Semua label itu diberikan oleh kaum adat, yang pada masa lalu khawatir bahwa adat istiadat, tradisi dan budaya Minangkabau tergerus dengan syariat Islam. Namun begitu, kelompok yang dituduh sebagai penganut Wahabi berhasil menjadikan Minangkabau sebagai wilayah yang kental dengan nuansa syariat Islam, dengan semboyannya yang terkenal hingga kini: Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah!

Siapa tokoh penganut Theosofi di Sumatera Barat? Diantara tokoh kaum adat yang juga penganut Theosofi adalah Datuk Sutan Maharadja. Selain penganut Theosofi, Sutan Maharadja juga dikabarkan sebagai penganut Tarekat Martabat Tujuh. Datuk Sutan Maharadja yang bernama asli Mahyudin lahir pada 27 November 1862 di daerah Sulit Air, Solok, Sumatera Barat. Ia menamatkan pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS),sekolah elit yang kebanyakan muridnya anak-anak tuan-tuan Belanda. Sutan Maharadja bisa mengenyam pendidikan di sekolah tersebut karena kedekatan ayahnya dengan pemerintah kolonial. Seperti keterangan sejarawan Deliar Noer, Sutan Maharadja dikenal sengit dalam menentang kelompok Islam.
Ayah Sutan Maharadja bernama Datuk Bandaro. Sosok sang ayah dikenal sangat memusushi ulama dan menjunjung tinggi adat istiadat. Datuk Bandaro mengkhawatirkan sepak terjang para ulama yang berusaha memurnikan ajaran Islam dari tradisi dan adat istiadat di luar Islam, sebagai pewaris gerakan Paderi atau penganut Wahabi yang ingin menghapuskan adat dan tradisi Minangkabau. Padahal, apa yang dilakukan para ulama ketika itu, sekadar membersihkan Minangkabau dari adat dan tradisi yang bertentangan dengan Islam. Para ulama ketika itu dengan tegas menyatakan bahwa Islam yang merupakan jati diri rakyat Minangkabau harus bersih dari adat dan tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Datuk Sutan Maharadja terinspirasi dengan Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement) yang dipelopori oleh seorang Yahudi Dunamah anggota Freemason, Mustafa Kemal At-Taturk. Karena terinspirasi dengan revolusi yang terjadi di Turki, Sutan Maharadja kemudian mendirikan kelompok kaum adat dengan tujuan menjaga kelestarian adat istiadat Minangkabau dan menjauhkannya dari pengaruh Kesultanan Aceh, yang pada masa lalu sangat menjalin erat dengan Khilafah Utsmaniyah di Turki. Oleh para pendukungnya, Sutan Maharadja kemudian mendapat gelar “Datuk Bangkit” karena usahanya untuk membangkitkan kembali adat istiadat Aceh, yang menurutnya pada masa lalu sudah tercemar oleh pengaruh kesultanan Aceh.
Datuk Sutan Maharadja selalu menyatakan dirinya sebagai penganut Theosofi. Ia juga menegaskan pentingnya pendidikan Barat dan perlunya menjaga keteguhan adat istiadat Minangkabau dari pengaruh luar, khususnya Aceh yang berjuluk “Serambi Makkah.” Untuk melawan gerakan kaum muda yang ia sebut sebagai pewaris “Kelompok Paderi dan Wahabi” ia dan beberapa bangsawan Minangkabau kemudian mendirikan Sarikat Adat Alam Minangkabau (SAAM) pada 1916.
Untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan mengkonter pemahaman yang ia sebut sebagai “Wahabi”, Sutan Maharadja kemudian mendirikan Surat Kabar Oetoesan Melayoe pada 1911. Dalam slogannya, surat kabar ini menulis, “Tegoehlah Setia Perserikatan Hati Antara Anak Bangsa Anak Negeri dengan Orang Wolanda (Belanda, red)”. Dengan slogan ini, jelaslah bahwa Oetoesan Melayoe sangat pro terhadap pemerintah kolonial Belanda, dan dalam artikel-artikelnya juga sangat jelas mendukung pemerintah Hindia Belanda.
Sutan Maharadja menyerang kelompok kaum muda lewat tulisan-tulisannya di surat kabar yang ia pimpin. Ia dengan tegas menolak upaya kaum muda dengan ajaran-ajaran syariatnya yang ingin menghapus adat dan tradisi Minangkabau. Pertentangan ini sampai membuat Haji Abdullah Ahmad, tokoh Islam yang disebut Wahabi oleh Sutan Maharadja, menyebut kelompok kaum adat, terutama Sutan Maharadja sendiri, “Tak tentu agamanya dan tak tentu adatnya.”
Selain Sutan Maharadja, tokoh kelompok Sarikat Alam Adat Minangkabau (SAAM) yang menjadi anggota Theosofi adalah Abdul Karim. Selain menolak penegakkan syariat Islam, pada masa lalu SAAM juga menolak pelajaran Islam masuk dalam sekolah-sekolah di Minangkabau. Mereka khawatir, pelajaran agama Islam yang masuk ke sekolah-sekolah adalah pelajaran yang mengadopsi pemahaman Wahabi yang bisa menjadi ancaman bagi adat istiadat masyarakat Minangkabau.
Untuk menolak pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, kaum adat kemudian membuat artikel di Surat Kabar Oetoesan Melayoe pada 28 Oktober 1918. Mereka menulis,”Relakah orang-orang Theosofi seperti Engku A Karim dan lain-lain bila anak kemenakan beliau itu akan dapat pelajaran agama Islam di sekolah, yaitu kalau yang diajarkan agama Islam itu hanya fekah (fikih) atau hukum syara’ saja? Kecuali kalau yang akan diajarkan di sekolah itu ialah pelajaran yang perbaikan hati, pensucian hati, supaya berhati suci dan berhati mulia. Sedang sekolah-sekolah agama Islam yang diadakan sekarang kalau cuma namanya saja yang sekolah agama Islam, padahal yang diajarkan melainkan hukum syara’ atau fikih saja. Pendeknya, yang diajarkan adalah Arabich Cultuur (Kultur Arab).”
Selain memuat penolakan terhadap pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, kaum adat yang dimotori oleh Sutan Maharadja juga membuat fitnah dengan mengatakan bahwa sekolah Adabiah yang dikelola oleh Haji Abdullah Ahmad memungut biaya yang sangat mahal kepada anak-anak didiknya. Kemudian, dengan bahasa yang sangat menjilat kaum adat meminta kepada pemerintah Belanda untuk membangun sekolah HIS (Holland Inlands School) lainnya di Minangkabau.
Pada masa lalu, di Minangkabau kelompok yang disebut pewaris Kelompok Paderi dan penganut paham Wahabi memang menolak keberadaan Theosofi dan kelompok-kelompok tarekat lainnya yang dianggap berseberangan dengan akidah Islam. Untuk membantah kelompok kaum muda yang disebut Wahabi, Sutan Maharadja kemudian membuat sebuah tulisan di Oetoesan Melayoe pada 11 Juni 1917 dengan judul “Theosofie dan SAAM (Sarikat Alam Adat Minangkabau”. Ia menulis, “…sepanjang kata murid Haji Abdullah Ahmad itu, Theosofi dikatakan sebagai agama baru. Dikatakan agama baru oleh murid Haji Abdullah Ahmad, karena pada gurunya tak ada ilmu tasauf dan tidaklah ia tahu bahwa ilmu tasauf itu bukanlah agama baru, melainkan sudah sejak dari zaman Nabi Adam. Theo itu artinya “Allah”. Sofie itu artinya ilmu. Jadi Theosofie itu ilmu Allah, ma’rifatullah…” demikian tulis Sutan Maharadja.
Benarkah Theosofi itu tasauf dan ilmu mengenal Allah? Dalam buku The Key to Theosophy, Blavatsky mengatakan, Theosofi adalah the wisdom religion (agama kebijaksanaan) yang berusaha mempersatukan agama-agama dalam sebuah “Kesatuan Hidup” yang selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tujuan Theosofi, kata Blavatsky, sama dengan apa yang dilakukan oleh seorang Yahudi bernama Ammonius Saccas, yang berusaha mengajak para gentiles/goyim (non Yahudi), para pemeluk Kristen, pemuja dewa-dewa, untuk mengenyampingkan tuntutan mereka dengan mengingat bahwa mereka memiliki kebenaran yang sama. Agama menurutnya, adalah tunas-tunas dari batang pohon yang sama, yaitu the wisdom religion.
Theosofi mempunyai misi menyatukan agama-agama dalam sebuah puncak persaudaraan universal, yang pada ujungnya justru menihilkan sama sekali agama-agama yang ada. Karena, masing-masing orang tidak boleh merasa agamanya yang paling benar, dan masing-masing orang harus mengakui bahwa semua agama sama, menuju pada yang sama, dan mengabdi pada kemanusiaan. Theosofi adalah perkumpulan sinkretisme yang kemudian banyak melahirkan istilah-istilah baru, seperti agama kemanusiaan, agama budi, agama kemerdekaan, agama universal dan lain-lain. Dan, atas nama “menjaga kearifan lokal masa lalu” kelompok Theosofi pada masa lalu juga berusaha menjadikan nilai-nilai tradisi berada di atas agama. Jadi, agama tak boleh mengalahkan tradisi. Inilah yang juga menjadi sikap Datuk Sutan Maharadja, yang berusaha mati-matian untuk menjaga agar adat istiadat dan tradisi tak terhapus oleh ajaran-ajaran yang dibawa oleh syara’.
Jika Sutan Maharadja memang anggota Theosofi sejati, tentu ia sangat tahu siapa saja pendiri Theosofi, apa latarbelakangnya, dan bagaimana ajaran-ajarannya. Jika ia sudah tahu tapi masih menjadi penganut Theosofi, maka bisa dipastikan ia tak lain adalah kepanjangan tangan pemerintah kolonial, yang pada masa lalu banyak dari elit-elitnya adalah anggota Theosofi dan Freemason. Sebagai aliran kebatinan Yahudi yang memiliki banyak pemahaman sesat seperti pluralisme agama, kesatuan wujud hamba dengan Tuhan (manunggaling kawula gusti), kesatuan Tuhan bagi semua agama-agama yang ada, tentu Theosofi sangat berbahaya bagi masyarakat Minangkabau yang begitu berurat berakar dengan jatidiri keIslamannya.
Artawijaya
Penulis buku “Gerakan Theosofi di Indonesia” dan “Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara” Pustaka Al-Kautsar, Jakarta

http://suara-islam.com, Wednesday, 03 August 2011 15:11 | Written by Shodiq Ramadhan |
Mendukung Penjajah Belanda, Memusuhi Islam
Butir-butir yang penting dalam uraian tersebut di antaranya:
Gerakan Theosofi tak hanya ada di Tanah Jawa. Di Minangkabau, Sumatera Barat, organisasi kebatinan Yahudi ini juga memiliki banyak pengikut. Terutama mereka yang dididik di sekolah-sekolah milik pemerintah kolonial, elit setempat yang memiliki kedekatan dengan Belanda, dan para penganut tarekat. Para penganut tarekat menganggap Theosofi sama dengan tasawuf…
Sebagaimana di Tanah Jawa, penganut Theosofi di Minangkabau juga memiliki kedekatan dengan pemerintah Belanda. Mereka juga terlibat dalam permusuhan dengan kelompok Islam, utamanya mereka yang menginginkan ajaran Islam bersih dari unsur-unsur tradisi dan adat istiadat yang bukan berasal dari Islam atau yang bertentangan dengan Islam.
Untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan mengkonter pemahaman yang ia sebut sebagai “Wahabi”, Sutan Maharadja kemudian mendirikan Surat Kabar Oetoesan Melayoe pada 1911. Dalam slogannya, surat kabar ini menulis, “Tegoehlah Setia Perserikatan Hati Antara Anak Bangsa Anak Negeri dengan Orang Wolanda (Belanda, red)”. Dengan slogan ini, jelaslah bahwa Oetoesan Melayoe sangat pro terhadap pemerintah kolonial Belanda, dan dalam artikel-artikelnya juga sangat jelas mendukung pemerintah Hindia Belanda.
Dalam kenyataan, faham tarekat yang terbukti dalam sejarah di antara orang-orangnya mendukung penjajah Belanda, justru faham tarekat itu diwadahi secara resmi dalam NU (Nahdlatul Ulama). Secara sejarah pula, NU tidak diragukan pula kedekatannya dengan penjajah Belanda, disamping memelihara keyakinan batil yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai hal-hal yang berkaitan dengan kerjasama dengan jin atau syetan, di antaranya ilmu kebal.
Beritanya sebagai berikut:
Astagfirullah!! Densus NU Diwajibkan Puasa 40 Hari Supaya Sakti Kebal Petasan
19 JULY 2011
Pada peringatan Harlah NU ke-85 diprolamirkan Densus 99 Banser NU untuk menangkal teror bom. Para personelnya diwajibkan puasa 30-40 hari untuk mendapatkan kesaktian ilmu kebal petasan.
Bertepatan dengan Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-85, Gerakan Pemuda Ansor  memproklamirkan Detasemen Khusus 99 Banser Nahdlatul Ulama (Densus 99 Banser NU) untuk mengabdikan diri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam mencegah aksi terorisme.
Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid menyatakan Densus 99 terdiri dari 204 personil yang memiliki kemampuan ilmu kebal dan seni bela diri mumpuni. Selain ilmu kebal, detasemen yang dikomandani Gus Nuruzzaman ini juga dibekali keahlian menjinakkan bom.  (http://nahimunkar.com/astagfirullah-densus-nu-diwajibkan-puasa-40-hari-supaya-sakti-kebal-petasan/)
Kembali kepada masalah apa hubungan tarekat dengan NU dan penjajah,  disamping memadahi tarekat, masih pula NU dalam sejarahnya ada catatan tentang dukungan NU terhadap penjajah Belanda. Inilah sorotannya.
Kongres NU 1927 Menjunjung Sepuluh Jari Pemerintah Belanda
Untuk mengetahui sebagian kiprah NU terutama yang belum tentu menguntungkan Islam bahkan kadang jauh dari Islam yang benar, dapat disimak tulisan berikut ini:
…yang menyandang sikap yang kadang tidak menguntungkan Islam, sehingga sikapnya itu gampang cocok dengan musuh Islam justru dilakukan pula oleh jum’iyyah terbesar di Indonesia yakni NU.
Makanya bagi yang faham akan watak NU (Nahdlatul Ulama), tidak begitu kaget ketika kini di Indonesia sudah disiapkan kader NU warisan Gus Dur yang  diplot  untuk membangun sebuah jejaring politik dan bisnis Yahudi di Indonesia.
Memangnya kenapa tidak begitu kaget?
Ya, coba buka sejarah atau buku-buku tentang dosa-dosa NU, atau buku Bila Kyai Dipertuhankan Membedah Sikap Beragama NU karya Hartono Ahmad Jaiz. Di sana telah tertera dalam sejarah secara jelas dan gamblang watak NU. Mari kita simak kutipan ini:
Kadang-kadang NU disifatkan orang sebagai suatu partai yang secara khas biasa mendukung setiap pemerintahan yang ada. Karena kesediaannya setiap waktu  memasuki kabinet apapun, partai ini juga sering dituduh sebagai berpaham petualang. “Para pemimpin NU adalah tipe “solidarity maker”, pembangun lambang-lambang, baik lambang tradisional maupun lambang kebangsaan”. Namun warna dan suasana NU jelas tetap bersifat konservatif sewaktu ia menjadi partai politik. Partai memberi kesan dikuasai oleh para kiai dan ulama. Menurut Herbert Feith, “Tidak seorang pun terdapat dalam kalangan kepemimpinan NU ini yang memiliki kemahiran yang diperlukan dalam negara modern.”  (BJ Boland,Pergumulan Islam di Indonesia, terjemahan,  Grafiti Pers, Jakarta, cetakan pertama 1985, halaman 55, mengutip Feith, The declien, h 234).
Catatan sejarah tentang NU bisa disimak pula, untuk menjelaskan komentar tersebut di atas, sebagai berikut:
“Arsip kolonial dengan kode 261/X/28.
Isi arsip melaporkan kongres NU di Surabaya 13 Oktober 1927 yang penuh dengan pidato-pidato yangmenjunjung pemerintah Belanda sebagai pemerintah yang adil, cocok dengan Islam, dan patut dijunjungsepuluh jari. Sementara itu tokoh Islam yang menantang Belanda, menurut laporan itu, dicaci maki dan pantas dibuang ke Digul.”  (Majalah Tempo, Jakarta, 26 Desember 1987, seperti dikutip KH Firdaus AN,Dosa-dosa Politik, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan pertama, 1999, halaman 52, lihat buku Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha, Bila Kyai Dipertuhankan, Membedah Sikap Beragama NU).
(Hartono Ahmad Jaiz, Keserakahan Yahudi, Nasrani, dan Gengnya, WIP Solo 2011, halaman 87-88).  (lihat  http://nahimunkar.com/astagfirullah-densus-nu-diwajibkan-puasa-40-hari-supaya-sakti-kebal-petasan/).
Ini bukan berarti semua orang dari kelompok-kelompok itu seperti itu gambarannya. Hanya saja catatan telah menunjukkan demikian. Dan sampai sekarang masih terasa pula aromanya, bahkan arahnya seperti tidak jauh berbeda, walau istilah colonial atau penjajah kurang tampak, karena penjajahan kini bukan lagi penjajahan fisik namun sudah lebih berbahaya lagi karena bahkan sampai penjajahan akal, budaya, ekonomi, politik, pandangan hidup, informasi dan lainnya.
Apa yang tercatat dari kasus-kasus yang lalu ini mungkin bisa dijadikan pelajaran yang berharga bagi yang memperhatikannya dan masih sayang-sayang terhadap Islamnya.
Perlu berkaca diri pula, puasanya itu untuk Allah Ta’ala dengan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau demi lainnya dan mengikuti ajaran lainnya?
Kalau memang untuk Allah Ta’ala dengan mengikuti Rasul-Nya, kenapa harus mendahului sampai dua hari? Kenapa pula ada puasa sampai 40 hari?
Tuntunan siapa dan untuk siapa sebenarnya amalan mereka itu?
Read More --►

Sejarah Hitam Dibalik 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional


flag-ri

Tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional didasarkan atas peristiwa berdirinya Boedi Oetomo. Sedangkan para tokoh BO (Boedi Oetomo)  adalah pengikut Theosofi (sebuah perkumpulan kebatinan yang berlandaskan pada tradisi Kabbalah Yahudi), anggota Freemasonry dan Melecehkan Islam.
Sistem pendidikan yang dianut dalam BO (Boedi Oetomo) sendiri adalah adopsi pendidikan Barat. BO sendiri sangat kooperatif dengan pemerintah Kolonial, hal ini karena para pemimpinya digaji oleh pemerintah Belanda.
Dalam rapat-rapat perkumpulan, Boedi Oetomo menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekalipun rapat Boedi Oetomo membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka.
BO tidak memiliki andil sedikit pun unuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. 
· Sebuah majalah yang diterbitkan oleh kelompok Theosofi bernama Majalah Pewarta Theosofie Boeat Indonesia Tahun 1930 menyebut Candi Borobudur sebagai “Baitullah di Tanah Java”. Theosofi menganggap, antara ke Baitullah di Makkah dan Baitullah di Tanah Java sama saja nilainya. Majalah Bangoen yang dikelola oleh aktivis Theosofi, Siti Soemandari, juga pernah memuat pelecehan terhadap istri-istri Rasulullah dan syariat poligami. Selain itu, sebuah surat kabar bernama Djawi Hisworo yang dikelola oleh para penganut kebatinan Theosofi juga melakukan pelecehan terhadap pribadi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada 8 dan 11 Januari 1918, Djawi Hisworo yang dipimpin oleh Marthodarshono memuat artikel yang menyebut Nabi Muhammad sebagai pemabuk dan pemadat. 
· “Suara Umum”, sebuah media massa milik Boedi Oetomo di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (Al-Lisan nomor 24, 1938).
Tanggal 20 Mei Negara Republik Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun sebenarnya penentuan tanggal ini meninggalkan permasalahan yang besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaannya. Tidak banyak diungkap secara lebih lengkap  dalam buku-buku pendidikan sejarah di sekolah bahwa sebenarnya penentuan tanggal 20 Mei yang didasarkan atas peristiwa berdirinya Boedi Oetomo meninggalkan banyak masalah, khususnya bagi umat Islam di Indonesia. Permasalahan itu antara lain :
Boedi Oetomo adalah organisasi yang bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan organisasi yang bersifat kebangsaan. Tujuan Boedi Oetomo didirikan adalah  untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. Sistem pendidikan yang dianut dalam BO sendiri adalah adopsi pendidikan Barat. BO sendiri sangat kooperatif dengan pemerintah Kolonial, hal ini karena para pemimpinya digaji oleh pemerintah Belanda.
KH Firdaus AN (Mantan Majelis Syuro Syarikat Islam) mengungkapkan “…Boedi Oetomo adalah organsasi sempit, lokal dan etnis, dimana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya”. Selain itu dalam rapat-rapat perkumpulan, Boedi Oetomo menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekalipun rapat Boedi Oetomo membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri”. KH Firdaus AN juga mengatakan “BO tidak memiliki andil sedikit pun unuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935.”
Asvi Marwan Adam, sejarawan LIPI menilai penetapan tanggal lahir BO sebagai Hari Kebangkitan Nasional tidak layak. Hal ini karena BO tidak bisa disebut sebagai pelopor kebangkitan nasional. Menurutnya, BO bersifat kedaerahan sempit. “Hanya meliputi Jawa dan Madura saja”. Boedi Oetomo yang oleh banyak orang dipercaya sebagai simbol kebangkitan nasional, pada dasarnya merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan, dan jarang memainkan peran politik yang aktif. Padahal politik adalah pilar utama sebuah kebangkitan.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh peneliti Robert van Niels yang mengatakan, “Tanggal berdirinya Budi Utomo sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi…Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat. Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukkan wajah barat. ”
***
blavatsky-theosophy
Para tokoh BO adalah pengikut Theosofi, anggota Freemasonry dan Melecehkan Islam
Penggagas organisasi BO, dr Wahidin Soediro Hoesodo adalah anggota Theosofi, sebuah perkumpulan kebatinan yang berlandaskan pada tradisi Kabbalah Yahudi yang didirikan oleh Helena Petrovna Blavatsky. Theosofi-Freemason tidak mempercayai adanya ritual doa kepada Sang Maha Pencipta. Mereka juga tak mempercayai adanya surga dan neraka. Anggota Theosofi yang mengaku muslim, membuat penafsiran ajaran Islam dengan pemahaman yang menyimpang. Theosofi tidak percaya dengan doa, dan tidak melakukan doa. Theosofi mempercayai “doa kemauan” yang ditujukan kepada Bapak di sorga dalam artian esoteris, yaitu Tuhan yang tidak ada sangkut pautnya dengan bayangan manusia, atau Tuhan yang menjadi intisari ilahiah yang dimiliki semua agama. Berdoa, kata Blavatsky mengandung dua unsur negatif: Pertama, membunuh sifat percaya diri manusia yang ada dalam diri manusia sendiri. Kedua, mengembangkan sifat mementingkan diri sendiri. Sebuah majalah yang diterbitkan oleh kelompok Theosofi bernama Majalah Pewarta Theosofie Boeat Indonesia Tahun 1930 menyebut Candi Borobudur sebagai “Baitullah di Tanah Java”. Theosofi menganggap, antara ke Baitullah di Makkah dan Baitullah di Tanah Java sama saja nilainya. Majalah Bangoenyang dikelola oleh aktivis Theosofi, Siti Soemandari, juga pernah memuat pelecehan terhadap istri-istri Rasulullah dan syariat poligami. Selain itu, sebuah surat kabar bernama Djawi Hisworo yang dikelola oleh para penganut kebatinan Theosofi juga melakukan pelecehan terhadap pribadi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada 8 dan 11 Januari 1918, Djawi Hisworo yang dipimpin oleh Marthodarshono memuat artikel yang menyebut Nabi Muhammad sebagai pemabuk dan pemadat.
Penghinaan ini yang kemudian memunculkan Tentara Kanjeng Nabi Muhammad di bawah pimpinan HOS Cokroaminoto dimana salah satu anggotanya adalah KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
Tokoh utama BO adalah Dokter Soetomo.  Dalam buku “Kenang-kenangan Dokter Soetomo” yang dihimpun oleh Paul W van der Veur, disebutkan bahwa Soetomo pernah mengatakan bahwa pemancaran zat Tuhan, “Itulah sebenarnya keyakinan saya. Itulah keyakinan yang mengalir bersama darah dalam segala urat tubuh saya. Sungguh, sesuai-sesuai benar.” (hal. 30). Soetomo juga mengatakan, “Aku dan Dia satu dalam hakikat, yakni penjelmaan Tuhan. Aku penjelmaan Tuhan yang sadar…” (hal.31). Ini menunjukkan Dokter Soetomo seorang penganut  paham sesat “Manunggaling Kawula Gusti” buatan Syech Siti Jenar. Dokter Soetomo juga seorang penganut Theosofi, sebagaimana pengikut aliran theosofi lainnya, maka dia tidak melakukan shalat lima waktu selayaknya umat Islam lainnya, melainkan melakukan semedi, meditasi, yoga, dan sebagainya. “Soetomo lebih mementingkan “semedi” untuk mendapat ketenangan hidup, ketimbang sholat. Dengan rasa bangga, saat berpidato dalam Kongres Partai Indonesia Raya (Parindra) pada 1937, Soetomo mengatakan,”Kita harus mengambil contoh dari bangsa-bangsa Jahudi, jang menghidupkan kembali bahasa Ibrani. Sedang bangsa Turki dan Tsjech kembali menghormati bangsanya sendiri.”
Tokoh Boedi Oetomo lainnya, dr Tjipto Mangoenkoesomo, juga dengan sinis meminta agar bangsa ini mewaspadai bahaya “Pan-Islamisme”, yaitu bahaya persatuan Islam yang membentang di berbagai belahan dunia, dengan sistem dan pemerintahan Islam di bawah khilafah Islamiyah. Pada 1928, Tjipto Mangoenkoesoemo menulis surat kepada Soekarno yang isinya mengingatkan kaum muda untuk berhati-hati akan bahaya Pan-Islamisme yang menjadi agenda tersembunyi Haji Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto.
Goenawan Mangoenkoesoemo, juga melontarkan pernyataan yang melecehkan Islam. Adik dari dr. Tjipto Mangoekoesomo ini mengatakan, “Dalam banyak hal, agama Islam bahkan kurang akrab dan kurang ramah hingga sering nampak bermusuhan dengan tabiat kebiasaan kita. Pertama-tama ini terbukti dari larangan untuk menyalin Qur’an ke dalam bahasa Jawa. Rakyat Jawa biasa sekali mungkin memandang itu biasa. Tetapi seorang nasionalis yang berpikir, merasakan hal itu sebagai hinaan yang sangat rendah. Apakah bahasa kita yang indah itu kurang patut, terlalu profan untuk menyampaikan pesan Nabi?”
freemasonry-boedioetomo
Dalam buku yang sama, masih dengan nada melecehkan, Goenawan menulis, “Jika kita berlutut dan bersembahyang, maka bahasa yang boleh dipakai adalah bahasanya bangsa Arab…” Bagaimanapun tinggi nilai kebudayaan Islam, ternyata kebudayaan itu tidak mampu menembus hati rakyat. Bapak penghulu boleh saja supaya kita mengucap syahadat“Hanya ada satu Allah dan Muhammad-lah Nabi-Nya”, tetapi dia tidak akan bisa berbuat apa-apa bila cara hidup kita, jalan pikiran kita, masih tetap seperti sewaktu kekuasaan Majapahit dihancurkan secara kasar oleh Demak.”
Salah satu pimpinan BO yaitu Dr. Radjiman Wediodiningrat dengan bangga mengatakan, bakat dan kemampuan orang Jawa yang ada pada para aktivis Boedi Oetomo lebih unggul ketimbang ajaran Islam yang dianut oleh para aktivis Sarekat Islam. Pada kongres Boedi Oetomo tahun 1917, ketika umat Islam yang aktif di Boedi Oetomo meminta agar organisasi ini memperhatikan aspirasi umat Islam, Radjiman dengan tegas menolaknya. Radjiman mengatakan, “Sama sekali tidak bisa dipastikan bahwa orang Jawa di Jawa Tengah sungguh-sungguh dan sepenuhnya menganut agama Islam.” Radjiman yang merupakan ketua BO 1914-1915 adalah anggota Freemasonry dan perhimpunan Theosofi. Beberapa pimpinan BO adalah anggota Freemasonry antara lain : Raden T. Tirtokusumo (Ketua BO pertama), Bupati Karanganyar kemudian  Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam (Ketua BO yang kedua).
Tokoh yang lain bernama Noto Soeroto, salah seorang tokoh Boedi Oetomo, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereninging berkata: “Agama islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya…sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan.”
Ada fakta lain yang lebih mencengangkan, dalam sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik Boedi Oetomo di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi,“Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (Al-Lisan nomor 24, 1938).
Kenapa bukan tanggal 16 Oktober sebagai Hari Kebangkitan Nasional ?
Tanggal 16 Oktober 1905 adalah tanggal berdirinya Sarekat Islam. SI merupakan kawah candradimuka berbagai pemikir Indonesia kelas dunia. Sebutlah H.O.S Tjokroaminoto, Agus Salim, Soekarno sampai dengan Tan Malaka, Muso dan Semaun. Tokoh-tokoh ini memiliki andil besar dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Hal ini terlihat pada susunan para pemimpinnya, Haji Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumater Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Walaupun organisasi ini berlabel agama, dimana selain kaum muslimin tidak boleh menjadi anggota, bukan berarti SI tidak peka terhadap perbedaan. Alasan menggunakan label Islam, karena hanya itulah harta yang tersisa, selebihnya telah dirampas Belanda. SI berhasil membuka 181 cabang di seluruh Indonesia. Jumlah anggota kurang lebih 700.000 orang. Tahun 1919 melonjak drastis hingga mencapai 2 juta orang. Sebuah angka yang fantastis kala itu. Jika dibandingkan dengan BO pada masa keemasannya saja hanya beranggotan tak lebih dari 10.000 orang. Sejarawan Fred R. von der Mehden (1957: 34) dengan tegas mengatakan bahwa SI-lah organisasi politik nasional pertama di Indonesia.
Pada Kongres Mubaligh Islam Indonesia di Medan (1956), umat Islam mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan tanggal berdirinya SDI sebagai Harkitnas berdasarkan karakter dan arah perjuangan SDI. Namun sangat disayangkan, seruan ini tidak didengar pemerintah, bahkan sampai saat ini. Pelurusan sejarah mengenai kebangkitan Indonesia nampaknya perlu dilakukan, sangat disayangkan kalau peran umat terbesar di negeri ini dihilangkan begitu saja. (Dikumpulkan dari berbagai sumber).
Read More --►

Irshad Manji, Lady Gaga dan Logika Setan


ladigagal

Beberapa hari ini, media massa –baik cetak maupun elektronik  -- ramai memberitakan dan mendiskusikan masalah pro-kontra pembatalan konser penyanyi Amerika Lady Gaga di Indonesia. Berbagai alasan dikemukakan. Pihak yang mendukung konser Lady Gaga beralasan bahwa konser musik adalah bagian dari kebebasan berekspresi.  Ada yang beralasan, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kehadiran Lady Gaga. Sebab, itu hanya konser musik biasa. Bahkan ada tokoh yang berbicara di sebuah  TV, ada sejuta Lady Gaga pun tidak ada masalah. Yang penting imannya kuat.
Bagaimana menyikapi konser Lady Gaga ini?  Lepas dari soal pro-kontra konser Lady Gaga, marilah kita dudukkan masalahnya dengan jernih. Tentu saja, sebagai Muslim, kita mencoba melihat masalah Lady Gaga dari sudut pandang Islam, bukan sudut pandang liberalisme, sekularisme, atau ateisme.
Lady-Gaga-Dicurigai-Pemuja-Setan
Stefani Joanne Angelina Germanotta alias Lady Gaga 
Lady Gaga adalah penyanyi terkenal. Albumnya sudah laku jutaan kopi. Tapi, perilakunya sangat buruk. Ia pengumbar pornografi, pornoaksi, pendukung seks bebas, dan juga homoseks dan lesbianisme.  Pada 12 Maret 2010, situs www.tabloidbintang.com meluncurkan kabar, bahwa Lady Gaga menyatakan kesiapannya menjadi seorang lesbian. “Tidak ada batasan atau peraturan dalam hal cinta,” ujar Gaga.
Sebagai Muslim, harusnya semua sepakat, bahwa apa yang dilakukan dan dipromosikan oleh Lady Gaga adalah kebatilan dan kemunkaran.  Adalah  sangat tepat, bahwa pemerintah – dalam hal ini pihak kepolisian RI – menghentikan kemunkaran berupa konser Lady Gaga.  Itu memang tugas penguasa. Bukankah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sudah memerintahkan, bahwa siapa saja yang melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya (kekuasannya); jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya; dan jika pun dengan lisan tidak mampu juga, maka cukup dengan doa, yakni tidak ridha atas kemunkaran itu. Itulah, kata Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,  selemah-lemah iman. Jika sekedar tidak ridha, atau benci terhadap kemunkaran, sudah dikatakan sebagai “selemah-lemah iman”, bagaimana jika seseorang menjadi pendukung kemunkaran?
Rabu (16/5/2012) malam, sebuah TV swasta menyiarkan sebuah acara perdebatan panjang seputar pembatalan konser Lady Gaga.  Sepanjang acara berlangsung, sejumlah SMS dan twiter  berseliweran. Sebagian diantaranya berisi penyesalan, betapa acara itu menjadi panggung aduan bagi sesama Muslim.  Yang lebih mengerikan, ada tokoh-tokoh yang berbicara dengan nada tidak berkeberatan dengan kehadiran dan konser Lady Gaga. Bahkan, beberapa peserta diskusi masih menggugat kasus pembatalan diskusi tokoh Lesbi, Irshad Manji, di sejumlah tempat  di Indonesia, beberapa waktu lalu.
Ada logika aneh yang dimunculkan dalam kasus Lady Gaga dan Irshad Manji. Yakni, biarkan mereka bicara; jika tidak setuju ya diajak diskusi saja!  Padahal, Irshad Manji bukan hanya promosi lesbi dalam buku-buku dan situs pribadinya. Tetapi, dia juga sangat menghina Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bahkan, lebih dari itu, dalam situs pribadinya, www.irshadmanji.com, tampak jelas, bagaimana dukungan si Manji terhadap penjahat penghina Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Salman Rushdie.
Sekedar mengingat kembali, nama Salman Rushdie mencuat ketika pada 26 November 1988, Viking Penguin menerbitkan novelnya berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan). Novel ini segera memicu kemarahan umat Islam yang luar biasa di seluruh dunia. Novel ini memang sungguh amat sangat biadab. Rushdie menulis tentang Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Nabi Ibrahim, istri-istri Nabi (ummahatul mukminin) dan juga para sahabat Nabi dengan menggunakan kata-kata kotor yang sangat menjijikkan.
Dalam novel setebal 547 halaman ini, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, misalnya, ditulis oleh Rushdie sebagai ”Mahound, most pragmatic of Prophets.” Digambarkan sebuah lokasi pelacuran bernama The Curtain, Hijab, yang dihuni pelacur-pelacur yang tidak lain adalah istri-istri Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Istri Nabi yang mulia,  Aisyah r.a.,  misalnya, ditulis oleh Rushdie sebagai ”pelacur berusia 15 tahun.” (The fifteen-year-old whore ’Ayesha’ was the most popular with the paying public, just as her namesake was with Mahound). (hal. 381).
Banyak penulis Muslim menyatakan, tidak sanggup mengutip kata-kata kotor dan biadab yang digunakan Rushdie dalam melecehkan dan menghina Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan istri-istri beliau yang tidak lain adalah ummahatul mukminin.  Maka, reaksi pun tidak terhindarkan.  Fatwa Khomaini pada 14 Februari 1989 menyatakan: Salman Rushdie telah melecehkan Islam, Nabi Muhammad dan al-Quran. Semua pihak yang terlibat dalam publikasinya yang sadar akan isi novel tersebut, harus dihukum mati.
Pada 26 Februari 1989, Rabithah Alam Islami dalam sidangnya di Mekkah, yang dipimpin oleh ulama terkemuka Arab Saudi, Abd Aziz bin Baz, mengeluarkan pernyataan, bahwa Rushdie adalah orang murtad dan harus diadili secara in absentia  di satu negara Islam dengan hukum Islam. Pertemuan Menlu Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 13-16 Maret 1989 di Riyadh juga menyebut novel Rushdie sebagai bentuk penyimpangan terhadap Kebebasan Berekspresi.
Prof. Alaeddin Kharufa, pakar syariah dari Muhammad Ibn Saud University,  menulis sebuah buku khusus berjudul Hukm Islam fi Jaraim Salman Rushdie. Ia mengupas panjang lebar pandangan berbagai mazhab terhadap pelaku tindak pelecehan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Menurut Kharufa, jika Rushdie menolak bertobat, maka setiap Muslim wajib menangkapnya selama dia masih hidup.
Ada yang beralasan, bahwa biarlah Irshad Manji dan Lady Gaga berbagi pemikiran dan kesenangan melalui hiburan! Katanya, soal pribadi jangan dikaitkan dengan pemikiran atau karya seninya!  Apa pun pribadinya,  tak perlu dikaitkan dengan karyanya. Sikap Irshad Manji yang memuji-muji dan bersahabat dengan Salman Rushdie, tentu bukanlah sikap yang bijaksana. Dia tidak menghargai dan tidak berempati  terhadap perasaan kaum Muslim yang tersakiti dengan karya-karya Rushdie.
Logika kebebasan berpendapat dan berekspresi tanpa batas  terbukti tidak tepat dan tidak diterima di mana saja.  Di Indonesia, misalnya,  sudah lama dilarang penyebaran paham Komunisme.  Bagaimana dengan penyebaran paham Lesbianisme yang juga sangat besar tingkat kejahatannya? Jadi,  manusia yang sehat pikirannya, pasti akan menolak konsep kebebasan yang tanpa batas.
Logika Setan
setanSetiap aspek dan gerak kehidupan manusia tak lepas dari tantangan.  Utamanya, tantangan yang  ditimbulkan oleh musuh  abadi umat manusia, yaitu SETAN.  Banyak yang menarik jika kita menelaah penjelasan al-Quran tentang bagaimana logika dan kiat-kiat setan dalam menyesatkan manusia. sebagai Muslim, kita sudah dijelaskan dalam banyak ayat al-Quran  bahwa setan adalah musuh manusia yang nyata.  Setan tak pernah berhenti berusaha untuk menyesatkan manusia. “Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan  oleh setan; sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS az-Zukhruf 43:62).
Salah satu metode setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan cara memoles perbuatan maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam pandangan manusia. “Iblis berkata: Ya Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan  mereka semuanya.” (QS al-Hijr15:39).
Iblis sangat berpengalaman dalam soal sesat menyesatkan manusia. Di sorga, Iblis berhasil membujuk Adam agar melanggar larangan Allah. Caranya, dikatakan oleh Iblis, bahwa pohon yang dilarang untuk dimakan, justru merupakan pohon yang menjadikan Adam akan menjadi kekal di sorga. Karena itulah Iblis menyebut pohon larangan itu dengan nama “syajaratul khuldi” (pohon keabadian).  Dalam al-Quran digambarkan bagaimana Iblis membujuk Adam: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa.” (QS Thaha 20:120).
tolakirshadSalah satu kiat setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan memandang baik perbuatan-perbuatan yang telah diharamkan oleh Islam. “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk); maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan untuk mereka azab yang pedih. (QS an-Nahl 16:63)…”Setan pun menjadikan indah dalam pandangan mereka, apa yang mereka kerjakan.” (QS al-An’am 6:43).
Cobalah kita renungkan penjelasan al-Quran tentang pandangan kaum musyrik yang memandang baik tindakan mereka dalam membunuh anak-anak mereka sendiri (QS al-An’aam 6:137).  Membunuh anak-anak adalah suatu bentuk kejahatan, tetapi dengan logika setan, tindakan buruk itu bisa dipoles sehingga dianggap baik manusia.
Karena itulah, logika dan kerja setan memang bertentangan dengan logika dan tindakan orang mukmin. Jika sifat orang  mukmin selalu melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka setan justru sebaliknya. Kerja mereka yang utama adalah memerintahkan kepada yang munkar dan membenci kebaikan (al-ma’ruf). Disebutkan dalam al-Quran: “Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar.” (QS an-Nuur24:21).
Al-Quran (al-An’am 6:112) mengingatkan, bahwa sesungguhnya musuh para Nabi adalah setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin,  yang pekerjaan mereka adalah menyebarkan “kata-kata indah” (zukhrufal qawli) dengan tujuan untuk menipu manusia.  Malik Bin Dinar, seorang ulama terkenal (m. 130 H/748 M) pernah berkata: “Sesungguhnya setan dari golongan manusia lebih berat bagiku daripada setan dari golongan jin. Sebab, setan dari golongan jin, jika aku telah membaca  ta’awudz, maka dia langsung menyingkir dariku, sedangkan setan dari golongan manusia dapat mendatangiku untuk menyeretku melakukan berbagai kemaksiatan secara terang-terangan.” (dikutip dari Imam al-Qurthubi, 7/68 oleh Dr. Abdul Aziz bin Shalih al-Ubaid, Menangkal Teror Setan (Jakarta: Griya Ilmu, 2004), hal. 88).
Setan – baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin – memiliki ambisi utama untuk menyesatkan manusia, seluruhnya. “Dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu.” (QS al-Ghafir 40:5).
Jadi mudah sekali mengenali logika setan. Yakni, siapa saja yang menjadi pendukung kebatilan dan kemunkaran, pasti ia telah menggunakan logika setan. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.” (QS an-Nur 24:21; lihat juga QS al-Baqarah 2:168-169).
Bagi kaum Muslim, tindakan Irshad Manji yang mempromosikan lesbianisme pasti termasuk tindakan keji dan munkar. Begitu juga konser-konser Lady Gaga yang sangat vulgar dalam mengumbar pronografi dan pornoaksi serta indikasi pemujaan setan, pastilah termasuk kategori tindakan keji dan munkar.  Orang mukmin sejati tidak akan menggunakan logika setan atau bersekutu dengan setan, sehingga termasuk dalam barisan orang-orang yang mendukung terlaksananya tindakan keji dan munkar. 
Bahkan, kita diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surat Yasin: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah  setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu  dan hendaklah kamu menyambah-Ku. Inilah jalan yang lurus!” (QS Yasiin 36:60-61).
irshad-manji-salam-rushdie
Irshad Manji dan Salman Rushdie
Menginat begitu berat dan sulitnya menghadapi tipudaya setan, disamping mengajarkan seluk-beluk tipu daya setan dan cara mengatasinya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga mengajarkan sejumlah doa, diantaranya: “A’uudzu billaahi as-samii’il ‘aliimi  min asy-syaithaani ar-rajiimi.” (aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk).
Semoga, kita semua, kaum mukmin,  tidak berdiri  dalam barisan kemunkaran dan kekejian.  Semoga pula, kita dapat mengambil hikmah dari kasus Irshad Manji dan Lady Gaga, sehingga kita mampu mengikuti shirathal mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalannya para Nabi, dan bukannya jalan setan yang  bangga menampilkan diri sebagai pembela tindakan keji dan munkar. Amin. (Surabaya,  20 Mei 2012).
Read More --►