::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Jumat, 17 Februari 2012

Konflik Syiah dengan Yahudi ibarat Sesama Anjing saling menggigit

Kiri: Ahmadinejad Presiden Iran menyambut para Rabi Yahudi. Kanan: Ahmadinejad memberi hadiah kepada Ja’far Murtadha Al-‘Amili penulis buku terbaik yang intinya Masjid Al-Aqsha bukan di Palestina tapi di langit. Seorang ulama besar Syiah abad ini, yakni  Jafar Murtada Al Amili, telah menulis sebuah buku berjudul ”Ayna Masjid al-Aqsha?” (Di Manakah Masjid Al Aqsha?) yang intinya mengungkapkan bahwa keberadaan Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya bukanlah di bumi Al-Quds, melainkan di langit. Foto mezan.net
JAKARTA– Menanggapi terjadinya konflik antara penganut sekte sesat syiah Imamiyah Itsna asyariyah Iran dengan negara-negara kafir barat, yang bagi sebagian kaum muslimin memahaminya sebagai taqiyah (kepura-puraan) Syi’ah terhadap masyarakat dunia, dan sebagian kaum muslimin memahaminya sebagai hal yang nyata.
Ustadz Hartono Hartono Ahmad Jaiz menyatakan hal tersebut bisa saja terjadi, karena mengutip dari ulama Al Azhar pakar Syi’ah bahwa konflik antara Syi’ah dengan yahudi dan nasrani ibarat  dua ekor anjing yang dapat saja berseteru.
“Anjing dengan anjing mungkin saja cakar-cakaran dan bentrok,” kata ustadz Hartono mengutip perkataan Syaikh Abdul Mun’im saat ditemui dirumahnya oleh arrahmah.com di Bilangan Kalibata, Jakarta, Rabu (4/1).
Namun, Ustadz Hartono meyakini memang konflik antara Syi’ah dengan yahudi ataupun nasrani  bukanlah konflik sebenarnya, dan itu bisa saja terjadi. Karena, konflik yang terjadi selama ini yang dimunculkan Syi’ah dengan kaum kafir asli seperti di Libanon, tidaklah benar-benar pertempuran serius di antara mereka.
“Anda tahu Hizbullah? Israel menyerang mereka tetapi yang dibom itu pemukiman Sunni,” lontarnya.
Tambahnya, yang sangat aneh pemukiman Syi’ah tidak hancur oleh Israel, melainkan pemukiman kaum Sunni Libanon yang mengalami kehancuran. Akan tetapi bantuan internasional untuk Libanon hanya sampai ke tangan Hizbullah yang tidak mengalami korban yang berarti.
“Sunni yang menderita, tapi Syi’ah yang mengambil bantuan. Jadi ini jualan mereka, dapat nama dapat bantuan,” papar pemerhati aliran sesat ini.
Lebih dari itu, hal tersebut menurut beliau memang tipu daya yang biasa dilancarkan kaum syi’ah dalam rangka mengamalkan taqiyah. Mereka seakan-akan anti terhadap yahudi dan anti terhadap Amerika.
“Itu kelicikan mereka, padahal enam channel TV agama tentang syi’ah disiarkan melalui Israel,” tegas Ustadz Hartono sembari menganjurkan referensi tersebut terdapat di nahimunkar.com.
Sambungnya, kenyataan tersebut membuktikan bahwa syi’ah dan yahudi bukanlah musuh, karena tidak mungkin mush mau membantu syi’ah dalam menjalankan program keagamaan untuk mempengaruhi kawasan timur tengah.
“Jadi kita ini dibohongi saja, alkufru millah wahidah, kekufuran itu satu agama yang sama,” pungkas Ustadz Hartono.
(bilal/arrahmah.com) Jum’at, 6 Januari 2012 13:04:44
***
Benarkah Syiah Anti Israel?
Jakarta (SI ONLINE) – Sekarang ini nyaris tak ada pemimpin di dunia Islam yang terang-terangan melawan Imperialisme Amerika Serikat dan Israel, kecuali pemimpin Iran Ahmadinnejad. Karena keberanian Ahmadinejad melawan dominasi AS dan terang-terangan pernah berpidato akan menghapus Israel dari peta dunia, maka saat itulah para pemuda Islam yang boneka buatan AS (terkecoh, nm).
Akan tetapi, benarkah sesungguhnya Iran adalah negara yang anti Israel?. Pernahkah Ahmadinnejad sebagai penganut Syiah memberikan bantuan kepada Palestina yang tengah berjuang melawan Yahudi Israel?.
“Tidak. Semua itu hanyalah sarana dakwah Syiah dengan memainkan isu politik melawan penindasan AS dan Israel”, kata Ustadz Anung al-Hamat dalam diskusi bulanan di Masjid Abu Bakar, Pesantren Husnayain, Jakarta Timur, Ahad (8/1/2012).
Dalam kajian bertema “Membongkar Tuntas Syiah di Indonesia” itu, Ustadz Anung memberikan sejumlah alasan. Pertama, belum pernah Ahmadinejad memberikan bantuan logistik dan persenjataan kepada pejuang Paletina. Yang terjadi selama ini hanyalah omongan Ahmadinejad saja.
Kedua, apakah Syiah mengakui Masjid al-Aqsha sebagai masjid ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah?. Ternyata tidak.
Untuk mengetahui bagaimana sikap Syiah terhadap Masjid Al-Aqsha, alumnus Universitas Al-Azhar itu mengungkapkan bahwa salah seorang ulama besar Syiah abad ini, yakni  Jafar Murtada Al Amili, telah menulis sebuah buku berjudul ”Ayna Masjid al-Aqsha?” (Di Manakah Masjid Al Aqsha?) yang intinya mengungkapkan bahwa keberadaan Masjid Al-Aqsha yang sesungguhnya bukanlah di bumi Al-Quds, melainkan di langit.
Menurut Syiah, Masjid mereka di Kuffah jauh lebih mulia dibanding Masjid Al-Aqsha. Ustadz Anung mengungkapkan dari salah satu kitab rujukan Syiah ”Bihaar Al Anwaar” yang ditulis Al Majlisi bahwa ada salah satu riwayat yang mengungkapkan bahwa al-Aqsha berada di langit ketika Nabi saw melakukan perjalanan Mi’raj.
“Mereka juga mengatakan bahwa Masjid di Kuffah lebih baik dari itu”, kata Ustadz Anung.
Ustadz Anung lantas menyampaikan kepada hadirin kajian bulanan itu foto  Ahmadinnejad yang tengah memberikan penghargaan kepada Jafar Murtada Al Amili, pengarang buku tersebut. “Bahkan bukunya tersebut telah ditetapkan sebagai buku terbaik di Iran”, katanya.
Jadi, jika menurut Syiah Masjid Al-Aqsha berada di langit, manalah mungkin mereka akan mendukung perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha yang kini berada di Al-Quds?. Dan perlu diingat, buku yang menyatakan Al-Aqsha berada di langit dinyatakan sebagai buku terbaik dan mendapat penghargaan dari Ahmadinnejad.
Sikap Syiah demikian itu, kata Ustadz Anung, sebenarnya tidaklah mengherankan. “Ini karena dendam sejarah”, katanya.
Seperti diketahui, pembebasan Palestina dan penyerahan kunci kota Palestina pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab. Khalifah Umar sendirilah yang menerima penyerahan kunci kota. Sementara, pada masa perang Salib, Sultan Sholahudin Al-Ayyubi adalah orang yang berjasa mengambil kembali Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman pasukan Salib.
“Sementara Umar dan Sholahudin adalah orang yang sangat dibenci Syiah. Itulah kenapa mereka mengatakan bahwa Al-Aqsha yang sebenarnya berada di langit”, kata Usttadz Anung.
Ketiga, dalam konteks perlawanan Hizbullah melawan Israel, menurut Ustadz Anung, itu juga bukan untuk membela rakyat Palestina. “Sayyid Hasan Nasrallah melawan Israel untuk membebaskan tentara mereka yang ditahan Israel. Dia tidak pernah menyerukan agar ribuan rakyat sipil Paletina yang ditahan Israel dibebaskan”, bebernya.

0 komentar: