بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
{
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } {
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ
الْأَحَدُ الْحَقُّ الْمُبِينُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّينَ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا . أَمَّا بَعْدُ :
Ada
contoh yang Allah sebut sebagai uswah hasanah (teladan yang baik)
mengenai sikap menghadapi kekafiran. Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
“Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang
kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja. (QS Al-Mumtahanah/ 60: 4).
Dalam
kenyataan hidup sekarang, kalau kita merujuk kepada ayat tersebut, maka
kita temui ada yang sangat berbalikan. Padahal ayat itu bukan sekadar
diakui sebagai kalamullah, firman Allah ‘Azza wa Jalla, namun perlu
diterapkan dalam hidup ini dalam menjaga keimanan. Namun sebagian dari
orang yang mengaku dirinya Islam, bahkan sebagai tokoh Islam, namun bisa
dilihat secara lahiriyah sangat berseberangan dengan ayat. Inilah
contohnya dalam sebuah berita berikut ini.
***
Pemilihan Gubernur DKI
Hidayat dan Semua Kandidat Minta Dukungan Umat KatolikJAKARTA - Berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang bernapaskan Islam, calon gubernur (cagub) Hidayat Nur Wahid mengaku butuh dukungan suara dari umat Katolik DKI Jakarta, agar bisa memenangkan Pilgub pada 11 Juli nanti.Hal itu disampaikan Hidayat saat acara tatap muka dengan umat Katolik, yang bertajuk ‘Dialog Anak Bangsa Bagi Negeri, Partisipasi Umat Kristiani dalam Pembangunan DKI Jakarta’, di Aula Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2012).Menurut Hidayat, umat Katolik juga merupakan bagian warga Jakarta, yang berkepentingan menyukseskan pilgub.“Sudah sangat sewajarnya saya dan calon lainnya mengharapkan dukungan dari teman-teman umat Katolik,” ujar Hidayat.Bagi Hidayat, harmoni dan sinergi antarumat bukan hanya diajarkan agama Islam, melainkan juga agama lain. Karena itu, PKS pun menerima bantuan sosial dari sejumlah gereja untuk dibagikan ke warga, saat Jakarta dilanda banjir pada 2002 silam.“Begitu pun saat banjir Bohorok, kami di PKS menerima bantuan dengan tangan terbuka tanpa melihat agamanya,” tutur Hidayat.Harapan dukungan umat Katolik juga disampaikan cagub dan cawagub lain, yang ikut dalam acara tersebut.Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, cawagub yang berpasangan dengan Joko Widodo (Jokowi), meminta warga Jakarta memilih pemimpin dengan melihat latar belakangnya, baik dan bersih atau tidaknya dari korupsi, hingga profesionalisme sebagai pemimpin.“Jangan lihat dia Katolik atau tidak, Jawa atau bukan. Tapi, lihat rekam jejaknya,” pinta Ahok.“Kalau ada yang lebih baik dari kami, tolong jangan pilih kami. Tapi, kalau yang lebih baik memang kami, ya, pilih kami. Karena, Anda baru akan memilih untuk lima tahun lagi,” papar mantan Bupati Belitung Timur dan anggota DPR RI.Hendardji Soepandji, cawagub yang berpasangan dengan Riza Ahmad Patria dari jalur independen, ikut menyuarakan hal yang sama kepada ratusan umat Katolik yang hadir dalam dialog tersebut.“Saya sangat mengharapkan dukungannya, karena seluruh bangsa Indonesia adalah saudara kandung saya sendiri,” tegas adik kandung mantan Jaksa Agung Hendarman Soepandji.Nono Sampono, cawagub yang berpasangan dengan Alex Noerdin dari Partai Golkar, menganggap keaktifan dan kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk umat Katolik, membuktikan dirinya butuh dukungan.Ia mengatakan, sejak 22 tahun lalu sampai saat ini, masih menjadi Ketua Alumni SMA Xaverius di Ambon.“Latar belakang saya bisa dilihat bagaimana saya berinteraksi dengan teman-teman. Bagi saya, satu suara berarti, apalagi umat Katolik banyak,” kata Nono.Sementara, cawagub yang berpasangan dengan Faisal Basri dari jalur independen, Biem Benyamin menuturkan, perbedaan adalah suatu keindahan.Ia pun tak sungkan mengharapkan dukungan suara sekaligus doa dari umat Katolik Jakarta, pada Pilgub 11 Juli mendatang.“Saya tidak hanya mengharapkan dukungan umat Katolik, tapi juga doanya,” cetus Biem. (*)Oleh Abdul Qodir | TRIBUNnews.com Tribunnews.com – Sabtu, 19 Mei 2012 23:52 WIB
***
Termasuk golongan mereka
Ayat-ayat lain yang memperingatkan tentang itu sebenarnya banyak juga. Di antaranya:
]
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ[
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi teman setia(mu); mereka satu sama lain saling
melindungi. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai teman
setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (Al-Maidah: 51)
لاَ
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآْخِرِ يُوَادُّونَ
مَنْ حَادَّ اللهَِ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي
قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ
حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang
yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang
beruntung. “ (Al-Mujadilah : 22).
]
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ
أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا
جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي
سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ
مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ[
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka
(berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya
mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka
mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,
Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu
memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka,
karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang
lurus. “ (Al-Mumtahanah: 1)
Ayat-ayat
tersebut menjelaskan tentang wajibnya wala’ dan bara’ yakni loyalitas
kepada orang-orang mukmin Dan memusuhi orang-orang kafir.
Wala’
dan bara’ yakni loyalitas kepada orang-orang mukmin dan memusuhi
orang-orang kafir adalah bagian dari iman bahkan syarat sahnya iman,
sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala:
]
تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا
قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي
الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ !وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ
وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ[
“Kamu
melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang
kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan
untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan
kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi
(Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka
tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi
penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (al-Maidah: 80-81)
Ibn
Taimiyah berkata tentang ayat ini: “Penyebutan jumlah syarat mengandung
konsekuensi bahwa apabila syarat itu ada, maka yang disyaratkan dengan
kata “seandainya” tadi pasti ada, Allah berfirman:
] وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ[
“Sekiranya
mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil
orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong”.
Ini
menunjukkan bahwa iman tersebut menolak penobatan orang-orang kafir
sebagai wali-wali (para kekasih dan penolong), tidak mungkin iman dan
sikap menjadikan mereka sebagai wali-wali bertemu dan bersatu dalam
hati. Ini menunjukkan bahwa siapa yang mengangkat mereka sebagai
wali-wali, berarti belum melakukan iman yang wajib kepada Allah, Nabi
dan apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an)”. (Ibn Taimiyah, Kitab
al-Iman, 14, sebagaimana dikutip Ustadz Agus Hasan Bashari dalam
makalahnya, Aqidah Wala’ dan Bara’).
Melirik kesenangan dunia
Syeikh Fauzan menguraikan, di antara sikap wala’ (loyal) terhadap orang kafir adalah:
Memuji
dan membanggakan keadaan mereka seperti kagum terhadap peradaban,
akhlak dan kemajuan teknologi mereka tanpa memperhatikan akidah mereka
yang keliru dan agama mereka yang rusak.
Allah Ta’ala berfirman:
{وَلَا
تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ
زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ
خَيْرٌ وَأَبْقَى} (131) سورة طـه.
“Dan
janganlah kamu tunjukkan kedua matamu kepada apa yang telah kami
berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya, dan karunia Rabbmu adalah lebih
baik dan lebih kekal” (QS. Toha: 131).
Yang
demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh mencari tahu tentang
sebab-sebab kekuatan mereka, seperti: kemajuan teknologi, teknik
militer dan keberhasilan ekonomi mereka, akan tetapi yang demikian itu
justru dituntut.
Allah Ta’ala berfirman:”Bersiaplah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa yang kamu sanggupi” (QS. Al-Anfaal: 7).
Pada
dasarnya beberapa hal yang bermanfaat dan rahasia-rahasia alam semesta
yang ada adalah untuk kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
{قُلْ
مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ
وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ …} (32) سورة
الأعراف.
“Katakanlah:’Siapakah
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan juga rejeki yang baik?’. Katakanlah:’Semua itu
disediakan bagi orang-orang yang beriman di dunia dan khusus untuk
mereka saja di hari kiamat…” (QS. Al-A’raf: 32).
Firman Allah Ta’ala:
{وَسَخَّرَ
لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لَّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} (13) سورة الجاثية.
“Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir” (QS. Ak-Jatsiyah: 13).
Allah Ta’ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً …} (29) سورة البقرة.
“Dialah yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu…” (QS. Al-Baqoroh: 29).
Oleh
karena itu kaum muslimin wajib saling berlomba dalam usaha memperoleh
beberapa teknologi dan potensi yang ada, jangan sampai detemukan orang
kafir agar mereka tidak tergantung kepada orang kafir dalam memperoleh
teknologi tersebut. Bahkan dianjurkan agar mereka memiliki
industri-industri dan menciptakan perlengkapan-perlengkapan yang
diperlukan. Syaikh Shalih bin fauzan bin Abdullah alu fauzan, madhahir
Muwalat alkuffar, dalam kitab Al-Irsyad ila shahihi al-I’tiqad warred
‘ala ahlis syirki wal ilhad 1/287).
Dalam
kenyatan hidup ini, apakah yang dipelajari dan dilirik itu teknologi
yang dimiliki kaum kafir untuk ditekuni sehingga Ummat Islam mampu
mengelola kehidupan dunia ini dan tidak tergantung kepada kaum kuffar,
atau justru hanya mendekat-dekat kepada kafirin agar mendapatkan
restunya bahkan ada yang jelas-jelas minta doanya seperti para calon
gubernur Jakarta itu?
Astaghfirullah… doa orang kafir pun diminta.
Sudah
sebegitu wala’nya kah calon-calon yang melamar jadi pejabat itu kepada
orang-orang kafir? Lantas ke mana keimanan yang dalam Islam harus
senantiasa dijaga itu, apakah disingkirkan begitu saja?
Semoga
ini menjadi bahan pertimbangan benar-benar bagi orang Muslim, siapa
saja. Sebab, kalau mati dalam keadaan imannya sudah disingkirkan atau
bahkan sudah hilang –na’udzubillah min dzalik— maka sama sekali tidak
beruntung.
Makanya Allah Ta’ala berwasiat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [آل عمران : 102]
102. Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (Qs Ali ‘Imran: 102).
Artinya
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan mukmin (orang
yang beriman) menurut Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya. Sedangkan dalam
peringatan ayat tadi:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
Barang siapa diantara kamu mengambil mereka sebagai teman setia, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. (QS Al-Maidah: 51).
Semoga Allah Ta’ala melindungi Ummat Islam dari hal yang demikian. Amien ya Rabbal ‘alamien.
وَاَللَّهُ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ وَإِلَيْهِ الْمَرْجِعُ
وَالْمَآبُ وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ رُسُلِهِ
وَأَنْبِيَائِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَنْصَارِهِ وَأَشْيَاعِهِ
وَخُلَفَائِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا نَسْتَوْجِبُ بِهِمَا شَفَاعَتَهُ ”
آمِينَ “ .
0 komentar: