::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Senin, 17 September 2012

Komisioner Komnas HAM: Kecoa, Lalat & Tikus (KELATIK) itu Kelompok JIL


Menyoroti kasus aliran sesat Syiah di Sampang, Komisioner Komnas HAM, Dr. Saharuddin Daming, SH, MH menyatakan bahwa ada pemutarbalikan fakta dalam kasus tersebut.
Ia mengatakan media-media Yahudi sengaja mencari-cari yang mengekspos siapa yang melakukan penyerangan dengan bahasa lain yang melakukan kekerasan. Formulasi kekerasan ini yang kemudian diberitakan besar-besaran ke publik.
Padahal menurutnya, pelecehan ajaran agama juga termasuk kekerasan, sehingga wajar jika umat Islam di Sampang melakukan perlawanan terhadap Syiah.
“Kekerasan itu ada banyak tipe, ada kekerasan fisik tapi ada juga kekerasan nonfisik, kekerasan verbal. Kalau orang menghina agama itu bagian dari kekerasan jadi wajar kalau dilawan. Persoalannya ini tidak muncul di permukaan,” ungkapnya selaku pembicara dalam Halaqoh Islam dan Peradaban, di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Ahad (16/9/2012).
Dengan demikian, Saharuddin Daming menilai adanya kebohongan publik oleh media yang membangun opini bahwa Syiah telah menjadi korban dalam konflik di Sampang.
“Media memberitakan bahwa ada penyerbuan warga terhadap kelompok yang disebut Syiah. Media kemudian membangun opini bahwa Syiah menjadi korban, terjadi kebohongan publik menurut saya. Padahal yang menjadi korban ini adalah umat Islam yang dirusak agamanya, ini yang tidak terungkap ke publik tapi yang terungkap adalah Syiah yang menjadi korban,” tuturnya.
Pemberitaan media tersebut tentu tak berdiri sendiri, ia menegaskan bahwa keterbalikan paradigma sehingga terjadi pemutarbalikan fakta tak lepas dari permainan barat melalui kaki tangannya di Indonesia.
‘Inilah menurut saya keterbalikan paradigma yang dimainkan oleh barat dengan kaki tangannya di Indoensia ini melalui KELATIK (Kecoa, Lalat dan Tikus), siapa ini? Kelompok-kelompok JIL; SETARA Institute, Wahid Institute dan sekarang ada HRWG yang akan melaporkan ke dewan HAM se-dunia,” tegasnya.
Saharuddin Daming menilai apa yang dilakukan sejumlah LSM dengan melaporkan kasus konflik umat Islam versus aliran sesat Syiah di Sampang ke dewan HAM dunia tak perlu dianggap sebagai ancaman.
‘Kalau ada yang mau melapor ke dewan HAM se-jagat saya kira tidak ada masalah, lapor saja! Tidak ada sanksinya kok. Karena tidak adil, masa Rohingya yang mengalami perlakukan yang sangat zalim adakah mereka berteriak-teriak? Tapi kalau sedikit menyangkut umat Islam di Indonesia gatal pantatnya kalau tidak main di dunia,” terangnya.
Hal itu memang biasa dilakukan LSM lantaran mereka menjadi jongosnya barat di Indonesia. “Tapi saya tahu, kalau itu tidak dilakukan bukan LSM barat namanya. Kenapa? Mereka ini kalau tidak kerja seperti itu tidak akan diberi bantuan apa pun. Mereka ini bekerja kepada tuannya, mereka ini sama dengan jongos juga jongosnya barat di Indonesia,” ujarnya. [Ahmed Widad/voa-islam

0 komentar: