::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Kamis, 27 Desember 2012

RATAPAN GADIS DI ATAS KUBUR

RATAPAN GADIS DI ATAS KUBUR


Dengan rambut terurai yang kusut masai, seorang gadis kecil berlari-lari sambil menangis mengikuti jenazah ayahnya yang di usung menuju tempat pemakaman.

Melihat iring-iringan jenazah lewat depan rumahnya, Hasan Al Basri yang duduk di depan pintu bangkit dan bergabung dalam iring-iringan itu.

“Ayah, mengapa begitu singkat umurmu”? ratap gadis kecil itu mengikuti iring-iringan itu.

Hasan Al Basri melihat keadaan gadis itu hatinya senantiasa merasa trenyuh, perasaannya menjadi iba. Takdir telah menentukan bahwa gadis sekecil itu harus kehilangan bapak, padahal gadis seumurnya sangat memerlukan perlindungan dan bimbingan seorang bapak.

Esok harinya, ketika Hasan Al Basri kembali duduk di muka pintu seperti hari kemarin, gadis kecil itu lewat lagi. Gadis itu berlari-lari kecil sambil meratap dan menangis menuju makam ayahnya. Hal itu membuat Hasan Al Basri mengikutinya dari belakang. Ia ingin tahu apa yang akan diperbuat gadis kecil itu.

Setiba di pemakaman, Hasan Al Basri melihat gadis kecil itu memeluk makam ayahnya, pipinya diletakkan di atas gundukan tanah sambil meratap-ratap.

Dari persembunyiannya Hasan Al Basri selalu mengikuti apa yang dilakukan gadis kecil itu, dan ia mendengar apa yang di ucapkannya.

“Ayah, malam ini engkau sendirian terbaring dalam kegelapan kubur, tanpa lampu penerangan dan penghibur. Jika malam kemarin, aku masih bisa menyalakan penerangan untukmu. Tapi sekarang, siapakah yang menerangimu, dan siapa pula yang menghiburmu? Ayah, malam kemarin aku masih bisa menggelar tikar untuk alas tidurmu, tapi sekarang siapakah yang menggelarkan tikar untukmu? Jika malam-malam kemarin aku bisa memijiti tangan dan kakimu, sekarang siapakah yang memijatimu?” terdengar memilukan ratap gadis kecil itu. Hasan Al Basri yang mendengar dari tempat persembunyian menjadi trenyuh.

“Ayah, jika kemarin aku yang menyelimuti tubuhmu, tetapi kini siapa yang menyelimutimu tadi malam,” kembali terdengar suara gadis itu diantar isak tangisnya. “Kemarin engkau masih bisa memanggilku, Ayah, dan aku menjawab untukmu, tetapi semalam siapa yang engkau panggil dan siapa pula yang menjawabmu?”

“Ayah, jika kemarin engkau minta makan dan aku yang melayani, apakah kau semalam minta makan? Dulu aku yang selalu memasak makanan untukmu, tetapi kemarin siapa yang memasak untukmu?”

Karena tak tahan mendengar ratapan-ratapan mengharukan gadis kecil diatas makam ayahnya itu, Hasan Al Basri keluar dari persembunyiannya dan mendekati gadis itu, tak terasa air matanya menetes jatuh karena haru.

“Anakku, janganlah kau mengucap seperti itu,” kata Hasan Al Basri setelah berusaha menenangkan hati gadis kecil itu. “Seharusnya ucapkanlah kata-kata seperti ini : “Ayah, kau telah kukafani dengan kain kafan yang bagus, masihkah kau memakai kafan itu? Dan kata orang shalrh, bahwa kain kafan orang yang telah meninggal ada yang diganti dengan kain kafan surga dan ada pula yang dari neraka. Kain kafan dari mana yang ayah kenakan sekarang?

Ayah, kemarin aku telah meletakkan tubuhmu yang segar bugar dalam kubur, masih bugarkah hari ini?”

Gadis kecil itu terus saja mendengarkan ucapan yang dicontohkan Hasan Al Basri tanpa henti.

“Ayah, orang-orang alim mengatakan bahwa semua hamba besok ditanya tentang imannya. Diantara mereka ada yang bisa menjawab, tetapi ada juga yang cuma membisu. Yang kupikirkan, apakah ayah bisa menjawab atau hanya membisu?

Ayah, katanya bahwa kuburan itu bisa dibuat menjadi luas atau sempit. Bagaiman kuburan ayah sekarang, bertambah luas ataukah bertambah menyempit? Dan kuburan itu katanya merupakan secuil dari taman surga, tetapi bisa juga merupakan secuil lubang neraka. Yang menjadi pikiranku, bagaimana kuburan ayah sekarang? Taman surga ataukah lubang neraka?

Ayahku, katanya bahwa liang lahat kubur bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti pelukan ibu tergadap anaknya, tetapi bisa juga merupakan lilitan erat yang meremukkan tulang belulang. Bagaiman keadaan tubuh ayah sekarang? Jangan-jangan ayah terhimpit lubang kubur.

Ayah, orang shaleh mengatakan, orang dikebumikan itu ada yang menyesal mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amalan bagus, justru menjadi pendurhaka, dan banyak melakukan maksiat. Yang kukatakan pada Ayah, apakah engkau termasuk orang yang menyesali karena perbuatan maksiat atau menyesal karena sedikit melakukan amal kebagusan?

Ayah, dulu setiap aku memanggilmu engkau selalu menjawab, tetapi kini engkau kupanggil-panggil tak lagi mau menjawabku. Kini engkau telah berpisah denganku, dan tak akan berjumpa sampai hari kiamat. Semoga Allah tak menghalangi perjumpaanku denganmu.”

Demikianlah beberapa nasehat Hasan Al Basri yang disampaikan kepada gadis kecil itu dalam meratapi ayahnya yang sudah meninggal.

“Sungguh baik nasehat Bapak, aku sangat berterima kasih sekali,”kata gadis itu.

Kemudian Hasan Al Basri mengajak gadis itu pulang, meninggalkan kuburan ayahnya.

0 komentar: