HATI-hati jika Anda seorang penggemar minuman kola. Pada tahun 2010, Natasha Harris, seorang ibu dari delapan orang anak asal Selandia Baru, sudah diberitahu oleh dokter ahli jantung bahwa ia akan mati jika terus-terusan minum Coca-Cola.
Dalam temuan yang dirilis 12 Februari, koroner David Crerar menulis:
“Saya menemukan bahwa, ketika semua bukti yang ada dipertimbangkan, jika bukan karena konsumsi Coke yang sangat banyak, Natasha Harris tidak mungkin akan meninggal.”
Seperti dilansir Associated Press tahun lalu, Harris, 31 tahun, minum lebih dari dua galon minuman ringan itu setiap harinya. Chris Hodgkinson, pasangan wanita itu, mengatakan bahwa Harris memang “kecanduan kola” dan memiliki kebiasaan tidak sehat, seperti makan sangat sedikit dan merokok sampai 30 batang sehari.
Crerar menghitung bahwa asupan Coca-Cola Harris setara dengan dua kilogram gula pasir dan 970 miligram kafein per hari, demikian menurut Television New Zealand. Keluarganya mengklaim Harris menderita gejala penarikan diri ketika dia tidak memiliki akses untuk bisa mendapatkan minuman favoritnya itu.
Dalam temuannya, Crerar mengatakan bahwa Harris menderita aritmia jantung karena kebiasaan minum kolanya.
“[Dia akan] gila jika dia kehabisan kola… dia akan gemetar, menarik diri, marah, gelisah dan sensitif,” kata ibu mertuanya tahun lalu, menurut catatan BBC.
Bukti mortem juga menunjukkan bahwa lever atau hati wanita ini membesar. Televisi Selandia Baru bahkan mencatat, bahwa timbunan lemak juga ditemukan dalam hati Harris dan ini berkaitan dengan konsumsi gula dalam jumlah berlebihan, demikian menurut sebuah deposisi oleh ahli patologi Dr. Dan Mornin.
Coca-Cola sendiri merilis sebuah pernyataan hari Selasa kemarin bahwa mereka kecewa laporan soal koroner ini. Bunyinya, antara lain:
“[Kami] kecewa bahwa ahli koroner ini hanya fokus pada kombinasi konsumsi Coca-Cola berlebihan oleh Ms Harris, kondisi kesehatan lainnya dan faktor gaya hidup, sebagai penyebab utama kematiannya. Hal ini bertentangan dengan bukti-bukti dimana para ahli menyatakan ketidakansetujuannya pada penyebab lain yang paling memungkinkan.”
Menurut Gawker, Crerar tidak berpikir bahwa Coca-Cola harus bertanggung jawab atas kematian Harris. Namun Crerar juga tidak menyarankan perusahaan itu untuk mempertimbangkan label peringatan pada minuman tersebut. Nah!
0 komentar: