::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Selasa, 04 September 2012

APAKAH JIHAD MEMANG BENAR ADA DALAM AJARAN ISLAM?


APAKAH JIHAD MEMANG BENAR ADA DALAM AJARAN ISLAM?

Segala puji hanyalah bagi Allah rabb semesta alam. Yang mana Dialah yang telah menunjuki kita dari jalan gelap gulita menuju kehidupan Islam yang terang dengan cahaya kemuliaan. Maka mestilah kita selalu bersyukur atas karunian nikmat ini. Syukurilah semua rahmat dan nikmatnya ini dengan senantiasa selalu mengibdahinya dan tiada menyekutukannnya dengan sesuatu apapun. Karena hanya kepadanyalah kita semua akan dikembalikan. Dan kita pun akan selalu berharap mendapat sebaik-baik tempat kembali.

Sholawat dan salam senantiasa kita limpahkan selalu kepada Nabi Muhammad saw. Beliaulah utusan yang paling mulia, yang telah menyampaikan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya pengajaran. Beliaulah panglima tertinggi para mujahidien, yang telah mengibarkan bendara jihad untuk melawan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi ini. Sohalawat dan salam kita sampaikan kepada keluarga beliau, kepada sahabat-sahabat beliau, hingga kepada kita yang masih teguh dan taat menggenggam ajarannya hinga yaumuddien.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam prolog tulisan ini, kita akan segera mengupas tuntas permasalahan jihad dan hukum jihad dalam Islam. Namun sebelum kita masuk pada pembahasan jihad dari segi hukum dan fiqiehnya. Sebelum kita masuk lebih dalam dan semakin dalam lagi mengkaji permasalan jihad ini, kita akan berkenalan dengan dengan jihad itu sendiri dari sisi luar jihad itu sendiri.

Mengapa harus dilihat dari sisi luar terlebih dahulu? Mungkin pertanyaan itu agaknya menganggu para pemabaca semua. Ya, semua itu kita lakukan agar kita lebih objektivitas dan lebih menyeluruh dalam pembahasannya. Tidaklah menyeluruh pembahasan jihad itu jika kita hanya membahas dari bagian dalam saja. Tidaklah adil pula bagi para pembaca yang masih awam dalam pembahasan jihad ini, kita langsung masuk dalam pembahasan fiqhiah dan secara aqidah. Dikhawatirkan nantinya akan hanya menambah kebingungan saja dibenak para pembaca. Khawatir pulu jika tulisan ini disebut sebagai doktrin-doktrin jihad yang bersifat dogmatif. Lalu pada akhirnya tulisan-tulisan ini dikategorikan sebagai tulisan brainwass untuk umat Islam pada umunya dan khususnya untuk para pemuda.

Karena itulah sangat perlu rasanya pada pembahasan awal ini kita membahasnya dari sisi luar. Dari sudut orang non Islam dan dari sudut saudara-saudara kita yang masih belum Allah berikan kefaham secara mendalam tentang agama mereka sendiri.

Lalu apa yang dimaksud dengan membahas jihad dari sisi luar itu sendiri? Nah, mungkin pertanyaan itu kemabali muncul menggelitik nakal di khazanah pemikiran kita semua. Yang saya maksudkan dengan membahas jihad dari sisi luar adalah pertanyaan yang saya jadikan judul besar pada bab ini.

Ya, kita tadi sudah bisa membaca dengan begitu jelasnya. Pertanyaan itu pertanyaan polos dari keinginan tahuan kita tentang masalah jihad itu snediri. Namun pertanyaan ini biasa muncul dalam benak orang-orang yang belum faham islam, maka kita wajib untuk memahamkan mereka. Biasanya pula pertanyan ini muncul dari para penghujat jihad dan Islam, maka kita harus tegaskan dengan memberikan jawaban yang mendatangkan kebaikan pada mereka. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada kita dan membukakan kefahaman di dada-dada mereka.

1. Metode Pencarian Kebenaran


Dan dalam mencari kebenaran itu memiliki aturan main dan metodenya. Lagi-lagi hal ini dimaksudkan agar kita tidak tersesat dan salah jalan dalam mengambil keputusan dalam hidup yang singkat ini. dan inilah metode yang Allah dan rosululloh ajarkan kepada kita semua.

a. Jauhi Berprasangka dan Menduga-duga.

Apakah jihad memang benar ada dalam ajaran Islam? Itulah pertanyaan yang menjadi pusat perhatian kita sekarang ini. Apakah memang benar jihad itu disyariatkan pula dalam Islam? Seperti disyariatkannya shalat, shaum, zakat dan ibadah haji? Mungkin lebih lengkapnya pertanyaan timbul seperti itu? Jika jawabannya ya, memang benar disyariatkan dalam Islam. Lalu mengapa tidak masuk ada dalam daftar susunan rukun Islam?

Lagi-lagi pertanyaan muncul dan muncul lagi. Mungkin pertanyaan yang selau mengganggu dan membuat kita semua bingung dengan orang-orang yang rela berkorban untuk berjihada di jalan Allah. Sementara jihad itu sendiri tidak masuk dalam susunan rukun Islam? Maka akan timbul prasangka, ooh kalau begitu jihad tidaklah begitu penting untuk kita. Yang penting kita sudah sholat, zakat, shaum dan haji maka sempurnalah Islam kita.

MasyaAllah
, inilah yang saya khawatirkan. Anggapan inilah yang akan membahayakan aqidah kita sebagai seorang muslim. kita tersesat dan sungguh ada dalam kesesatan yang nyata jika hanya menila hukum dari sesi prasangka saja. Karena rosululoh telah menyabdakan bahwa :

Jauhilah oleh kamu semua prasangka dan duga-duga. Karena prasangka dan duga-duga adalah seburuk-buruknya ucapan.” (HR. Muslim).

Seperti itulah rosululloh memperingatkan kita agar selalu berhati-hati atas prasangka kita. Jangan sampai prasangka kita itu akan menjerumsukan diri kita pada jalan salah. Atau lebih ekstrimnya lagi jangan sampai prasangaka kita yang tidak berdasar itu menjerumuskan saudara-saudara kita lainnya. Itulah yang disebut prsangka yang sesat lagi menyesatkan.

Maka jauhilah oleh kita semua wahai orang-orang yang berakal dari selau berprasangka dan menduga-duga atas segala ketetap Allah. Baik itu urusan duniawi atau pun urussan diennul Islam. Kenapa? Karena prasangaka dan praduga itu tidak akan pernah mencapai satu kebenaran sedikit pun. Sebagaimana firman Allah :
dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.”  (Q.S Yunus : 36)

Jelaslah sudah bagi kita semua bahwa hanya menduga-duga terhadapa sesuatu itu hanya akan membawa kita kita pada satu ketersesatan. Semua yang berdasakan prasangka saja Allah katakan tidak akan pernah berguna untuk bisa mencapai kebenaran. Karena sesuatu yang diperoleh dengan prasangkaan sama sekali tidak bisa mengantikan sesuatu yang diperoleh dengan ketarangan yang haqq yang datangnya dari Allah swt dan Rasululloh Muhammad saw.

Karena kebenara itu hanyalah datang dari Allah. Rabb kita semua pengatur sekalian alam semesta ini :

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (Q.S Al-Baqoroh : 147).

b. Kembalikan Semua Permasalah yang Dipersilisihkan Pada Allah dan rasullnya.

Setelah kita semua terbebas dari bahaya cengkraman praduga kita yang menyesatkan. Kita pun mestilah menyelamatkan diri kita semua dari kesesatan praduga dan prasangka orang lain yang syetan sebarkan di tengah kembingungan umat ini.

Maka dari itu semua marilah kita kembalikan semua permasalahan dan pertanyaan yang kini sedang membelunggu kita ini pada Allah dan rosulnya. Marilah kita bertahkm dan mengambil itimbat (kesimpulan) dengan mengikuti tuntunan keduanya. Janganlah kita mendahuluinya dalam segala urusan yang sedang kita perdebatkan ini.

Saudaraku semua ingatlah dengan peringatan Allah pada kita hambanya yang sering berbantahbantahan dalam permasalah hukum dan masalah kedunian. Ingatlah bahwa Allah telah mewanti-wanti hal itu telah sekali sebelum kita semua lahir dan tercipta di muka bumi ini.

Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S An-Nisa : 59).

Subhanallah, begitu tegas Allah menerangka pada kita semua agar kita senantiasa mengembalikan semua permasalahan yang kita perdebatkan pada Allah dan rasulnya. Lalu mengapa kita sudah mengetahuinya masih enggan mengembalikan perdebatan kita tadi kepada Allah dan rasulnya?

c. Ikuti Sunnah dan contoh Muhammad.

Setelah kita menjauhkan prasangka kita dalam mengambil keputusan. Lalu kita pun telah mengembalikan pemecahana hukumnya pada Alllah dengan membuka Al-Quran dan mengembalikan kepada rosululloh dengan membuka kitab-kitab hadits. Dan inilah yang terakhir, yaitu cara penerapannya.

Cara penerapan hukum yang telah kita kaji dalam Kitab Al-Quran dan Kitab-kitab hadits adalah dengan mengikuti contoh Rosululloh saw. Agar hukum yang sudah benar tadi tidak menjadi salah dalam penerapannya. Karena wajib bagi kita sebagai muslim untuk mengikuti contoh hidup Muhammad saw. Sebagai mana telah Allah tegaskan dala Al-Quran :
 

Katakanlah (olehmu Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S Ali Imran :31).

Itulah satu ketetapan baku yang telah Allah gariskan dalam hidup kita sebagai seorang muslim. ketetapn yang telah menjadi taqdir dan taka pernah bisa dirubah lagi. Seperti takdirnya matahari terbit dari timur dan terbenam di arah barat.

Begitulah ketetapan Allah akan terus berlaku hingga hari kiamat menjelang tiba. Kita wajib mengikuti contoh ikutan yang datangnya dari nabi Muhammad saw apapun perbuatan kita. Karena Allah pemilik alam semesta ini telah memberi garansi secara pasti bahwa dalam gerak langkah dan tindakan nabi Muhammad itu sudah pasti benar dan wajib diteladani.

Sebagaimana telah Allah tegas pula dalah surat Al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
(Q.S Al-Ahzab : 21).

Itulah garansi pasti dan tidak akan pernah salah sampai kapan pun. karena garansi tersebut bersumber dari segala kebanaran berasal. Lalu apakah kita masih meragukannya? Dan apakah kita masih enggan untuk mengikuti contoh ikutan nabi Muhammad saw? Sementara Allah telah menegaskan kita wajib mengikutinya.

2. Apakah Benar Jihad itu Memang Ada Dalam Ajaran Islam?

Untuk menjawab pertanyaan itu marilah sekarang saatnya untuk kita semua mengaplikasikan hal yang telah ketahui ilmunya. Suatu keutamaan yang telah Allah berikan kepada kita. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk menerpakan metode pencarian kebenaran yang telah Allah gariskan dan rasululloh contohkan.

Marilah kita sama-sama kembalikan pertanyaan singkat kita pada Allah dan rasulnya. Pertanyaan yang menjadi permasalahan dan perdebatan di antara kita. Apakah benar jihad itu memang ada dalam ajaran Islam?

Lalu bagamana caranya? Jawabannya mudah. Sangat mudah sekali! Kenapa? Karena memang mudah bagi kita mengembalikan semua permasalahan yang kita hadapi pada ajaran Allah dan Muhammad saw. Jika pertanyaan kita tadi, apakah benar jihad memang ada dalam ajaran Islam? Jawabannya tinggal kita lihat saja sumber ajaran Islam itu sendiri.

Al-Quran Menjawab.

Ya, marilah kita kembalikan pada sumber ajaran Islam itu sendiri untuk menajwab pertanyaan yang membelenggu ini. Ke mana lagi kita meninjau dan mempelajari jika bukan kepada Al-Quran dan contoh nabi Muhammad.

Untuk permasalahan ini marilah kita dahulukan mengembalikan semua urusan pada Al-Quran. Marilah kita kaji dan kita cari jawabannya dalam kalimat yang sudah pasti kebenarannya. Kalimat-kalimaat yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang-orang yang bertaqwa.

Jika kita kembali membuka Al-Quran yang sekarang ada di tengah-tengah kita. Pastilah kita akan menemukan banyak sekali kalimat JIHAD yang bertebaran dalam ayat Al-Quran. Bukan hanya satu dua, atau bukan hanya belasan dan puluhan. Akan tetapi jumlah ayat yang menggunakan kalimat jihad itu mencapai ratusan ayat.

Bermacam-macam pula ayat menerangkan tentang jihad itu. Mulai dari menerangkan sifat seorang mu’min, tujan berjihad, sampai keuntungan dari jihad itu sendiri. Semuanya diterangkan dengan gamblang dalam ayat-ayatnya.

Berikut adalah beberapa ayat yang menyeru manusia untuk berjihad dijalan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. (Al-Hujurat : 15).

Ayat ini menegaskan bahwa seorang beriman yang tidak ada keraguann dalam keimanan itu mereka akan pergi berangkat berjuang dan berjihad di jalan Allah baik dengan harta atau jiwanya.

Berikut adalah ayat-ayat lainnya :


dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (Q.S Al-Anfal :74).

Lalu ada pula ayat yang menerngkan bahwa jihad itu sesungguhnya untuk kita sebdiri bukan untuk siapa pun. Termasuk juga bukna untuk Allah swt. Karena Allah memang tidak memerlukan jihad kita. Akan tetapi kitalah yang memerlukan jihad itu sendiri.

Berikut adalah ayatnya :

Dan siapa saja yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Q.S Al-Ankabut : 6).

Ayat di atas memperjelas pandangan kita bahwa jihad itu memang ada dalam Al-Quran. Kemudian ada pula ayat yang menjelaskan bahwa orang yang berjihad itulah telah melakukan satu perdagangan yang tidak akan pernah merugi untuk selamanya baik di dunia atau pun di akhirat.

Berikut adalah ayatnya :

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?  (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S Ash-Shaf : 10-11).

Ada pula ayat yang menerangkan bahwa jihad adalah sebuah ujian bagi orang-orang yang beriman. Agar nampak bagi Allah dan nampak pula bagi seluruh makhluk di sekalian alam semestanya, manakah orang yang benar keimanannya? Dan mana pula orang yang hanya sekedar mengaku-ngaku beriman.

Berikut adalah ayatnya :

dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Q.S Muhammad : 31).

Dan masih banyak ayat yang semisal dengan ayat-ayat di atas. Rasanya terlalu panjang jika saya masukan semua ayat-ayat itu dalam pembahsan kita kali ini. InsyaAllah di bab-bab selanjutnya akan kita bahas dan jumpai ayat-ayat yang saya maksudkan tadi.

Dari keterangan ayat-ayat di atas maka kita pun jadi tahu bahwa Al-Quran pun mencatat dan mensyariatkan jihad. Maka satu jawaban telah kita kantongi. Jawaban yang pasti bahwa dalam Al-Quran pun menuliskan tentang ayat-ayat jihad. Maka sekarang pertanyaannya jika jihad tidak disyariatkan oleh Al-Quran, mengapa ayat-ayat tentang jihad itu harus ada dan tercatat lekat hingga akhir zaman?

b. Sunnah dan Hadits-hadits Nabi Muhamad Menjawab.

Setelah sebelumnya kita mendapat jawabannya pasti tentang adanya jihad dalam syariat Islam. Jawaban yang tidak mungkin diragukan lagi kebenarannya. Sebab jawaban itu berasal dari Al-Quran. Jawaban yang langsung bersumber dari lisan Allah.

Tapi tidak ada salahnya jika kita mengkaji pula hadits-hadits nabi Muhammad tentang permasalahan jihad ini. bukan bermaksud untuk tidak yakin kepada jawaban yang bersumber pada Al-Quran. Atau bukan pula untuk mencari tandingan-tandingan dari jawaban Al-Quran itu sendiri.

Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Ayat-ayat Al-Quran itu tidaklah kontradiksi dengan sunnah yang rosululloh ajarkan. Ajaran Al-Quran dan tata cara hidup rosululloh itu adalah singkron. Selaras, seirima dan tidak saling bertentangan satu sama lainnya. Apalagi jika harus saling berbantah-bantahan antara Al-Quran dan hadits-hadits nabi. Itu rasanya tidak mungkin dan rasanya sangat mustahil.

Jika pun memang ada hadits yang bertentangan dengan Al-Quran maka itulah hadits yang dhoif (lemah). Dan hadits itu bukanlah berasal dari nabi Muhammad saw. Sebab empat belas abad silam Rasululloh Muhammad telah menyabdakan :

Telah meriwayatkan Imam Syafi’i di dalam kitabnya Al-Um, ketika beliau berkata: Maka berhati-hatilah kamu semua terhadap hadits yang diketahui orang yang banyak (umum), dan berhati-hatilah kamu semua terhadap hadits yang menyimpang daripadanya. Karena telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Kariemah dari Abu Ja’far dari Rosululloh saw :   Sesungguhnya beliau menyeru kepada orang yahudi, maka mereka (orang-orang yahudi tersebut )bercerita kepada beliau sehingga mereka berdusta kepada Nabi Isa as. Maka Nabi saw  naik ke mimbar dan berkhutbah (berpidato) kepada manusia. Maka beliau bersabda : Sesungguhnya hadits-hadits itu akan tersiar (tersebar luas) dariku, maka jika datang kepadamu semua hadits yang cocok (sesuai) dengan Al-Quran, maka hadits tersebut dariku. Dan jika yang datang kepadamu semua hadits yang berlawanan (menyalahi) dengan AL-Quran, maka hadits tersebut bukanlah dari aku” ( Kitab Tarikh Tasyri’ Al-Islamiayah hal 189 yang disusun oleh syekh Muhammad Al-khudoriy).

Begitulah pernyataan nabi Muhammad saw tentang hadits yang tidak sesuai dengan Al-Quran bahwa itu bukan darinya. Karena Al-Quran pun turut menjamin semua sunnah nabi itu benar.

Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Surat An-Najm ayat 3 dan 4 :
  
Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S An-Najm : 3-4).

Diangkatnya hal ini juga dimaksudkan untuk menepis prasangka orang-orang yang jahlul murokab (bodoh keterlaluan). Yaitu mereka yang selalu mengatakan bahwa jihad itu bukanlah ajaran nabi Muhammad. Mereka pun mengatakan bahwa jihad bukanlah bagian dari syariat yang Islam ajarkan. Untuk menanggapi dan menepis tuduhan hina yang tidak mendasar tersebut. Maka marilah kita bersama-sama lihat dan kembalikan pada sunnah dan keseharian hidup Rasulullah saw. Agar kita tahu mana yang ahli sunnah dan mana yang ahlul bid’ah?

Marilah kita kembalikan pada sisi kehidupan beliau semasa mengajarkan Islam dan mendakwahkannya. Apakah dulu sang pembawa ajaran islam ini pernah berjihad atau tidak? Jika memang ada berarti memang Islam mensyariatkan jihad, maka marilah kita lakukan bersama. Jika memang tidak ada maka jihad hanyalah sebuah omong kosong yang diada-adakan dan marilah bersama-sama meninggalkan dan menjauhi perbuatan itu.

Bila kita mau menyempatkan waktu membuka kitab-kitab hadits yang masyur, lalu kita gerakan lembarn-lembaran kitab hadits tersbut langsung menuju kitab jihad. Pastilah kita akan menjumpai puluhan bahkan ratusan hadits-hadits nabi Muhammad menekankan dan mensyariatkan jihad.

Berikut adalah di antara hadits-hadits yang saya maksudkan di atas :

Dari Abu Huarairah r.a : bahwa rasululloh saw. Bersabda : “ Siapa saja yang mati, sedangkan dia tidak pernah berjihad dan tidak pernah pula mempunyai keinginan dalam hatinya untuk berjihad, maka ia mati dalam cabang kemunafikan.”  (HR. Bukhari dan Muslim).

MasyaAllah, betapa berat peringatan dari Nabi Muhammad saw bagi orang yang enggan berjihad. Beliau menyatakan orang tersebut sungguh mati dalam cabang kemunaikan. Dan kita pun semua tahu bahwa tempat kemabali orang munafik itu adalah di neraka syakor. Na-‘udzubillahi min dzalika!!!!

Hadits di atas adalah hadits shohih terdapat dalam kitab shohihain (dua kitab shohih, Kitab Imam Bukhari dan Kitab Imam Muslim). Lalu apalagi yang membuat kita masih ragu tenatang adanya jihad dalam syariat Islam? Bukankah ucapan nabi yang kita saksikan sekarang ini sejalan dengan kalam-kalam Allah yang telah kita bahas lebih dahulu.

Dan jika kita mau menggali sirah nabawiyah saw. Pastilah akan malu dengan diri kita sendiri. kita akan tercengan hebat dengan kenyataan syariat yang nabi Muhammad saw laksanakan. Bukan masalah pada jihadnya bukan pula masalah terletak pada kekuatan musuh-musuh Islam.

Tapi kita akan tercengang pada usia berapakah rosululloh mulai maju kemedan jihad? Dan inilah yang akan membuat kita tertunduk malu pada diri kita sendiri. Kita malu pada kenyataan bahwa sampai saat ini kita masih saja mendebatkan dan baru sebatas memperbincangkan JIHAD.

Marilah kita mulai hitung dari awal diangkatnya nabi Muhammad saw. Ya, Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan rasul adalah ketika beliau berusia 40 tahun. Setelah diangkatnya menjadi rosul, Muhammad saw tidak lantas langsung berjihad. Bukan karena enggan, tapi karena Allah belum menurunkan syariat jihad itu sendiri.

Lalu seetelah tiga belas tahun Muhammad saw berdakwah di Mekkah. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah. Itu artinya Rasulullah berhijrah pada usia lima puluh tiga tahuhn (40 tahun + 13 tahun = 53 tahun). setelah itu pun beliau belumlah memulai syariat jihad.

Lalu kapan dan pada usia berapakah? Barulah, setelah dua tahun nabi Muhammad hidup di Madinah turunlah ayat tentang syariat jihad. Tanpa rasa berat hati rasululloh melaksanakan syariat yang Allah perintahkan itu. Beliau mulai berjihad membela agama Allah pada usia beliau menginjak 55 tahun.

Subhanallah, tidakkah kenyataan ini membuat kita malu pada diri kita? Muhammad yang sudah tua saja berangkat melaksanakan syariat Allah tersebut. Lalu apa alasan bagi kita untuk tidak melaksnakan syariat jihad yang telah Allah gariskan ini?

Pembaca pun akan semakin tercengang jika saya sebutkan berapakah jumlah peperangan yang Nabi Muhammad saw laksanakan? Setelah disyariatkan jihad nabi Muhammad tidak pernah absent untuk memimpin pasukan Muslimin memasuki arena jihad. Maka tidaklah heran jika Nabi Muhammad pergi ke medan tempur berjumlah 77 kali pertempuran.

Subhanallah, entah apalagi yang hendak kita katakana dengan kenyataan ini? Seorang Rasul mulia yang sudah terjamin jiwa raganya masuk kedalam jannahnya Allah, tapi ia masih mau bersimbah darah berjihad membela agama Allah sampai 77 kali peperangan. Dan jumlah itu beliau lakukan dalam kurun waktu hanya delapan tahun kehidupannya di Madinah. Maka hitunglah persentasi jihadnya Muhammad jika dihitung dalam angka perbulan?

Dengan semua bukti yang telah nampak di hadapan kita semua. Apakah kita masih ragu dengan JIHAD? Maka jika kali ini di ajukan satu pertanyaan. Apakah jihad memang benar ada dalam ajaran Islam? Maka kita harus dengan yakin menajwab. Ya, jihad memang ada dalam ajaran syariat Islam.

0 komentar: