Terowongan itu berada 15 meter di bawah kota Al-Quds dengan panjang hampir setengah kilometer. Lokasinya berada di pinggir barat Masjidil Aqsha atau yang dalam bahasa Inggris disebut Noble Sanctuary atau Temple Mount. Pemerintah penjajah Zionis Yahudi membanjiri terowongan ini dengan wisatawan setiap hari, sedangkan para wisatawan yang dipandu oleh orang Palestina hanya dibolehkan mengunjungi terowongan ini sebulan sekali.
Para arkeolog Zionis Yahudi ngotot bahwa Masjidil Aqsha berdiri di atas puing-puing Kuil Kedua Solomon (situs suci bagi orang Yahudi yang diyakini sebagai ‘tumpuan kaki’ Tuhan). Sebagian orang Yahudi yakin bahwa misi Zionis mereka baru akan rampung jika Kuil Ketiga berhasil didirikan dan semua situs-situs Islam dihancurkan.
Meski penggalian intensif baru dilakukan sejak tahun 1990-an, orang-orang Inggris sudah pernah mengerahkan para serdadunya saat mereka menduduki kawasan itu. Konon, mereka berusaha mencari Tabut Perjanjian berisi Sepuluh perintah Allah yang lenyap ditelan masa. Sebagian orang Palestina menganggap klaim para arkeolog Zionis Yahudi dan tur-tur yang mereka lakukan sebagai salah satu cara untuk menguasai Al-Quds dan mengusir rakyat Palestina.
Di kedalaman terowongan tersebut terdapat Western Stone, salah satu batu terbesar di dunia yang dipakai untuk pondasi konstruksi. Para arkeolog Zionis Yahudi berpendapat batu itu adalah dinding benteng Kuil Kedua. Namun pemandu wisata Abu Shamsie mengatakan tidak ada bukti kuat terhadap dugaan itu.
“Batu itu tidak pernah disebutkan dalam literatur kuno mana pun. Batu itu bisa jadi merupakan bagian dari struktur raksasa yang diketahui ada di zaman dulu, seperti hippodrome (stadion pacuan kuda megah di Istanbul) dan amphitheatre (tempat pertarungan gladiator di Roma),” ujarnya.
Menurut dia, tidak ada satu pun klaim dari para arkeolog yang ada di terowongan itu. Ada kolam kuno yang diklaim pernah dipakai untuk ritual pembersihan dan lengkungan kuno yang dianggap sebagai jalan layang untuk masuk ke pintu utama Kuil Kedua.
Sebuah model yang rumit telah dibangun untuk menunjukkan kepada para pengunjung bahwa dugaan-dugaan para arkeolog ‘Israel’ tentang Kuil Ke Dua memang benar.
Dr Nawwaf Takruri, Ketua Perhimpunan Ulama Palestina di Luar Palestian, menyatakan, “yang jauh lebih substansial daripada perlombaan klaim atas bangunan fisik, adalah konfrontasi antara Aqidah Tauhid yang benar yang dibawa para Nabi dan Rasul sejak Adam, Nuh, Ibrahim, Sulaiman, Isa, sampai Muhammad Sallallahu ‘alayhi wa sallam melawan aqidah Bani Israil yang oleh Allah telah dinyatakan keliru.” * (MR/Sahabat Al-Aqsha)
0 komentar: