1. Diperlihatkan neraka jahannam
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya
apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan
kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Bila dia
termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya surga. Bila
dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka,
dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu, hingga Allah Subhanahu
wa Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besi
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَأَمَّا
الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي
هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ
النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ
بِمِطْرَاقٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ فَيَسْمَعُهَا مَنْ
عَلَيْهَا غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ
Adapun
orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya
kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa
yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan:
“Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul dengan
palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang
sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan:
jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
3.
Disempitkan kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan,
dan didatangi teman yang buruk wajahnya dan busuk baunya.
Dalam
hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang orang kafir setelah
mati:
فَأَفْرِشُوهُ
مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ؛ فَيَأْتِيهِ مِنْ
حَرِّهَا وَسُمُومِهَا وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ
فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ
الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوؤُكَ،
هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ،
فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ: أَنَا
عَمَلُكَ الْخَبِيثُ. فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
“Gelarkanlah
untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah
pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu
disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian
datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan
busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara yang
akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di
dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang
datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang
jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari
kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
4.
Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar, dipecah
kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau
keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan Mikail
‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang:
فَأَخْبِرَانِي
عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ
شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى
تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي
رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ
عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ
الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah
kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun
orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia
berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai
tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari
kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah
orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tidak
bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak
mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat.
Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah
pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang
yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar dan ganas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا
أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا بَالُ
هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba
aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik
ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab:
‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa
alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu
dalam Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah
Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.”)
Sebab Mendapatkan Adzab Kubur
Banyak
sekali hal-hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur.
Sampai-sampai Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Ar-Ruh
menyatakan: “Secara global, mereka diadzab karena kejahilan mereka
tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan
karena perbuatan mereka melanggar larangan-Nya. Maka, Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya,
melaksanakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya. Demikian juga,
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab satu badan pun yang ruh
tersebut memiliki ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah)
selama-lamanya. Sesungguhnya adzab kubur dan adzab akhirat adalah akibat
kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya terhadap
hamba-Nya. Maka barangsiapa yang menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala
marah dan murka di dunia ini, lalu dia tidak bertaubat dan mati dalam
keadaan demikian, niscaya dia akan mendapatkan adzab di alam barzakh
sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.” (Ar-Ruh hal. 115)
Di antara sebab-sebab adzab kubur secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَوَقَاهُ
اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ
الْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka
Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke
dalam adzab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
2. Kemunafikan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِمَّنْ
حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ
مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ
سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Di
antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang
munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan
dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi)
Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali
kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.” (At-Taubah: 101)
3. Tidak menjaga diri dari air kencing dan mengadu domba
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَرَّ
النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ
الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ:
لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan
tidaklah keduanya diadzab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut
kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing,
sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu
mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah
menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing
kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan adzab
tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
4. Ghibah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَمَّا
عَرَجَ بِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ
نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ
يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ
وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Tatkala
Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum
yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik
wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya: ‘Siapakah
mereka ini wahai Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang
memakan daging (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.”
(HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no.
533. Hadits ini juga dicantumkan dalam Ash-Shahihul Musnad karya
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu menyatakan: “Sebagian
ulama menyebutkan rahasia dikhususkannya (penyebab adzab kubur) air
kencing, namimah (adu domba), dan ghibah (menggunjing). Rahasianya
adalah bahwa alam kubur itu adalah tahap awal alam akhirat. Di dalamnya
terdapat beberapa contoh yang akan terjadi pada hari kiamat, seperti
siksaan ataupun balasan yang baik. Sedangkan perbuatan maksiat yang akan
disiksa karenanya ada dua macam: terkait dengan hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan terkait dengan hak hamba. Hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang pertama kali akan diselesaikan pada hari kiamat adalah shalat,
sedangkan yang terkait dengan hak-hak hamba adalah darah.
Adapun
di alam barzakh, yang akan diputuskan adalah pintu-pintu dari kedua hak
ini dan perantaranya. Maka, syarat sahnya shalat adalah bersuci dari
hadats dan najis. Sedangkan pintu tumpahnya darah adalah namimah (adu
domba) dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Keduanya adalah dua jenis
perkara menyakitkan yang paling ringan, maka diawali di alam barzakh
dengan evaluasi serta siksaan karena keduanya.” (Ahwalul Qubur hal. 89)
5. Niyahah (meratapi jenazah)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur
ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit yang
ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah orang yang berwasiat
supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi padahal
dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang mati. Oleh karena
itu Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila dia telah
melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu mereka
melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan ditimpa adzab
sedikit pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hal. 41)
Selain sebab-sebab di atas, ada beberapa hal lain yang telah disebutkan dalam pembahasan Macam-macam Adzab Kubur.
Apakah Adzab Kubur itu Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata: “Jawaban terhadap pertanyaan ini:
1.
Adzab kubur bagi orang-orang kafir terjadi terus-menerus dan tidak
mungkin terputus karena mereka memang berhak menerimanya. Seandainya
adzab tersebut terputus atau berhenti, maka kesempatan ini menjadi waktu
istirahat bagi mereka. Padahal mereka bukanlah orang-orang yang berhak
mendapatkan hal itu. Maka, mereka adalah golongan orang-orang yang
terus-menerus dalam adzab kubur sampai datangnya hari kiamat, walaupun
panjang masanya.
2.
Orang-orang beriman yang berbuat maksiat, Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengadzab mereka dengan sebab dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang
diadzab terus-menerus, ada pula yang tidak. Ada yang panjang masanya,
ada pula yang tidak, tergantung dosa-dosanya serta ampunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/123)
Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah
memberitahukan dahsyatnya adzab kubur dan sebab-sebab yang akan
menyeret ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun melalui lisan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dengan rahmat dan
keutamaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan
amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari adzab kubur tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur terbagi menjadi dua:
1. Sebab-sebab secara global
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan menjerumuskan ke dalam adzab kubur sebagaimana yang telah disebutkan.
Sebab
yang paling bermanfaat adalah seorang hamba duduk beberapa saat sebelum
tidur untuk mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia lakukan, baik
perkara yang merugikan maupun yang menguntungkan pada hari itu. Lalu dia
senantiasa memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya dengan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dia tidur dalam keadaan bertaubat
dan berkemauan keras untuk tidak mengulanginya bila nanti bangun dari
tidurnya. Dia lakukan itu setiap malam. Maka, apabila dia mati (ketika
tidurnya itu), dia mati di atas taubat. Apabila dia bangun, dia bangun
tidur dalam keadaan siap untuk beramal dengan senang hati, karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala menunda ajalnya hingga dia menghadap Rabbnya dan
berhasil mendapatkan segala sesuatu yang terluput. Tidak ada perkara
yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada taubat ini. Terlebih
lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan sunnah-sunnah yang
datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia hendak
tidur sampai benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan berikan hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Sebab-sebab terperinci
Di antaranya:
- Ribath (berjaga di pos perbatasan wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ
مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي
سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Setiap
orang yang mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali orang yang
mati dalam keadaan ribath di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalannya
akan dikembangkan sampai datang hari kiamat dan akan diselamatkan dari
fitnah kubur.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
- Mati syahid
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِلشَّهِيدِ
عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ
دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ
الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي
سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang
yang mati syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala: diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan
darahnya, akan melihat calon tempat tinggalnya di surga, akan
diselamatkan dari adzab kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang
sangat besar, diberi hiasan dengan hiasan iman, dinikahkan dengan
bidadari, dan akan diberi kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70
orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani
berkata dalam Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya hasan)
- Mati pada malam Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يـَمُوتُ يَوْمَ الْـجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.”
(HR. Ahmad dan Al-Fasawi. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul
Jana’iz bahwa hadits ini dengan seluruh jalur-jalurnya hasan atau
shahih)
- Membaca surat Al-Mulk
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dia (surat Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang akan menyelamatkan pembacanya dari adzab kubur.” (HR. At-Tirmidzi, lihat Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
- Doa sebagaimana yang telah lalu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya.
Nikmat Kubur
Setelah
mengetahui dan meyakini adanya adzab kubur yang demikian mengerikan dan
menakutkan, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, juga
mengetahui macam-macamnya, penyebabnya, dan hal-hal yang akan
menyelamatkan darinya, maka termasuk kesuksesan yang agung adalah
selamat dari berbagai adzab tersebut dan mendapatkan nikmat di dalamnya
dengan rahmat-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Adapun
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih maka Rabb
mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah
keberuntungan yang nyata.” (Al-Jatsiyah: 30)
قُلْ
إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ. مَنْ
يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Katakanlah:
‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat), jika
aku mendurhakai Rabbku.’ Barangsiapa yang dijauhkan adzab daripadanya
pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan
itulah keberuntungan yang nyata.” (Al-An’am: 15-16)
Adapun
nikmat kubur, di antaranya apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam beritakan dalam hadits Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu yang panjang:
- mendapatkan ampunan dan keridhaan-Nya. Sebagaimana perkataan malakul maut kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut:
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ
“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
- dikokohkan hatinya untuk menghadapi dan menjawab fitnah kubur.
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
-
Digelarkan permadani, didandani dengan pakaian dari surga, dibukakan
baginya pintu menuju surga, dilapangkan kuburnya, dan di dalamnya
ditemani orang yang tampan wajahnya, bagus penampilannya, sebagaimana
yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadits
Al-Bara’ yang panjang:
فَأَفْرِشُوهُ
مِنَ الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا
إِلَى الْجَنَّةِ. قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا
وَيُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ. قَالَ: وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ
حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ
بِالَّذِي يَسُرُّكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ
لَهُ: مَنْ أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ. فَيَقُولُ:
أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ
“Maka
gelarkanlah permadani dari surga, dandanilah ia dengan pakaian dari
surga. Bukakanlah baginya sebuah pintu ke surga, maka sampailah
kepadanya bau wangi dan keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh mata
memandang, kemudian datang kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus
pakaiannya, wangi baunya. Lalu dia berkata: ‘Berbahagialah dengan
perkara yang menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu kamu
dijanjikan.’ Dia pun bertanya: ‘Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah orang
yang datang membawa kebaikan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang
shalih…” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Mudah-mudahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan hati kita di atas kalimat tauhid
hingga akhir hayat kita dan menyelamatkan kita dari berbagai fitnah
(ujian) dunia dan fitnah kubur, serta memasukkan kita ke dalam
jannah-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.
1 komentar:
izin copas boleh gak?