“Kami sudah memantau sejak lama, karena
keberadaan orang yang diduga mengajarkan syariat baru itu sudah sejak
tahun 1990-an. Ini merupakan penerusnya. Hanya
saja tidak melembaga. Dia hanya sekadar memberi pengajian di masjid
dekat rumahnya,” kata Nurhadi, Kasi Penerangan Masyarakat Kantor Kemenag
Karanganyar.
Karena itulah beberapa warga melapor kepada Kantor Kemenag agar
dilakukan pembinaan dan penyelidikan. Apalagi peserta pengajiannya
semakin lama juga semakin banyak meski tidak diwadahi dalam lembaga
resmi.
“Karena dinilai bisa memunculkan kerawanan, saat bertemu dengan Pak
Kapolres kami melaporkan hal itu. Harapannya masalahnya segera bisa
diselesaikan melalui Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat,
(FKDM).Apalagi
semua tokoh agama aktif di lembaga itu,” kata dia.
Desas-desus perihal adanya nabi palsu maupuan aliran sesat di Kecamatan
Matesih, Karanganyar, sudah beredar lama.
Parahnya lagi sederet kabar miring beredar ihwal nilai-nilai ajaran
tersebut hingga teknis ritualnya. Salah seorang warga Matesih,
berinisial A, mengungkapkan, kabar yang beredar di masyarakat
menyebutkan bahwa ajaran yang disampaikan S jauh menyimpang dari syariat
Islam.
Mulai dari ritual haji yang tidak dilakukan di Tanah Suci, melainkan di
puncak Gunung Lawu, hingga ketentuan ibadah kurban pada Hari Raya Idul
Adha. Kabar yang beredar di masyarakat
menyebutkan bahwa pengikut S tidak berkurban dengan ternak melainkan
dengan buah pepaya.
S, warga Girilayu, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah, tidak memungkiri
jika dirinya kenal almarhum R, yang dituding telah mengangkat dirinya
sebagai nabi.
“Saya memang kenal dengan R, tapi dia bukan guru saya. Karena
dalam agama Allah, tidak ada istilah guru dan murid, tetapi kalau orang
kemudian mengatakan guru dan murid silahkan. Ini
bukan sekolahan,” kata S kepada Okezone di kediamannya, Matesih,
Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2013).
S menilai, selama kenal R tidak ada ajaran atau perilaku yang menyimpang.“Semuannya sesuai dengan yang diajarkan
dalam agama, rukun imam, dan rukun Islam,” bebernya.
Seperti tudingan yang dialamatkan kepada pihaknya, S juga membantah
bahwa R pernah mengangkat dirinya sebagai nabi, termasuk mengubah dua
kalimat Syahadat.
Untuk menunjukkan dirinya dan R tidak menyimpang dalam ajaran Islam, S
memperlihatkan buku bersampul warna kuning yang berisi tentang pedoman
yang bertuliskan
“Kunci Pedoman Bagi Imam dan Jamaah Muslimin Untuk 100 Tahun
Sepeninggalnya Imam Guna Memenuhi Hak-haknya Allah tentang Amanatnya di
Dalam Allah memberi Peringatan Baru Kepada Kita Sekalian”
Menurut S, buku yang ditulis dengan menggunakan tangan tersebut bukan
kitab atau ajaran-ajaran yang sengaja dibuat R dan diteruskan ke dirinya. Buku
pedoman tersebut hanya berisi tentang semua ajaran yang tertulis dalam
Al-Qur’an.
Sedangkan Imam yang dimaksud dalam buku pedoman tersebut, menurut S,
bukanlah R. Imam yang tertulis dalam buku pedoman tersebut, yakni siapa
saja yang dipercaya sebagai Imam.
“Itu berlaku hanya untuk 100 tahun saja. Sesudah
itu tidak berlaku sudah tidak murni lagi. Siapa saja yang dijadikan
Imam. Kalau yang dimaksud itu, bisa. Dan buku pedoman tersebut bukan
kita, namun hanya pedoman untuk menjalankan perintah Allah,” ujar S
tanpa mempertegas Imam yang dimaksud dalam buku pedoman tersebut.
Menyangkut adanya masjid yang dipergunakan S untuk menyiarkan agama
barunya tersebut, kembali dibantahnya. S mengatakan, dirinya tidak
memiliki masjid seperti yang ditudingkan.
Namun menurut MUI Karanganyar, nabi palsu S di Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah, sudah meresahkan. Informasi yang diterima MUI, S
bahkan sudah mengangkat orang sebagai nabi palsu lainnya. (okezone,
Rabu/30/1/2013).
Menurut Zaenudin, S guru agama SD yang sudah pensiun itu diangkat oleh
nabi palsu sebelumnya bernama Rohmad. Kini Rohmad sudah meninggal dan
ajarannya diteruskan oleh S.
Dalam menjalankan ajarannya, Rohmad berani mengubah dua kalimat syahadat. “Rohmad
berani mengganti dua kalimat syahadat, mengubah nama Nabi Muhammad
dengan namanya sebagai utusan Allah,” paparnya.
S juga diketahui pernah mengangkat seorang pengikutnya sebagai nabi
yakni SM, yang berprofesi sebagai guru agama dan tinggal di Kecamatan
Kerjo, Karanganyar.
MUI, tambah Zaenudin, pernah memanggil S untuk dimintai keterangan dan
diimbau bertaubat. “Tapi undangan MUI berkali-kali
ditolak S mentah-mentah.Bahkan
S menganggap MUI yang menyimpang,” jelasnya.
Untuk itu Kapolres Karanganyar AKBP Nazirwan Adji Wibowo meminta S
selaku tokoh sentral aliran tersebut kooperatif dengan segera memenuhi
undangan pertemuan Kemenag.
“Silakan beri keterangan langsung kepada Kemenag, jangan hanya kepada
media massa, supaya duduk persoalannya jelas,” pinta kapolres.
Salah seorang pengikut atau jemaah dari aliran yang disebarkan oleh S,
yakni EBS, membantah tudingan yang menyebutkan kelompoknya menganut
ajaran sesat.
Saat ditemui Solopos.com, Kamis (31/1/2013), EBS menyatakan ajaran yang
dia anut mengakui Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai Nabi dan
Rasul terakhir sepanjang zaman.
Laki-laki berperawakan tinggi itu juga membantah desas-desus yang
menyebutkan bila ritual keagamaan kelompoknya menyimpang dari ajaran
Nabi Muhammad.
Dugaan kemunculan nabi palsu di Karanganyar membuat sejumlah pihak
angkat bicara. Kapolres Karanganyar, AKBP
Nazirwan Adji Wibowo, menjelaskan figur yang disinyalir mengaku sebagai
nabi dan menyebarkan aliran sesat berinisial R berasal dari Kecamatan
Kerjo.
Salah satu staf Kelurahan Giri Layu yang tidak mau disebutkan namannya
mengatakan, dari data yang dimiliki pihak Kelurahan, S dan istrinya
bukan asli penduduk Giri Layu, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
“Keduanya menetap di Giri Layu saat S mengajar di SD setempat. Kalau
aslinya bukan dari sini, tapi dari luar daerah, Bekonang, Mojolaban,
Sukoharjo dan Klaten,” kata staf kelurahan yang memiliki postur tubuh
gemuk kepada Okezone, sambil menunjukan SD Giri Layu yang letaknya tepat
di depan Kantor Kelurahan, Jumat (1/2/2013).
Menyangkut adannya kabar S telah mengangkat dirinya sebagai nabi, pria
gemuk itu mengaku juga tidak mengetahuinya. Menurut
dia, S memang memiliki pengajian sendiri dan hanya dilakukan di masjid
dekat tempat tinggalnya.
Dari keterangan yang diperoleh staf kelurahan, Okezone menyusuri
keberadaan masjid yang dimaksud. Masjid yang dilansir banyak pihak
sering dipergunakan sebagai lokasi pengajian tersebut berada tak jauh
dari kantor Kecamatan matesih dan berada di pinggir anak sungai yang
banyak bebatuan.
AKBP Nazirwan Adji Wibowo
Untuk menuju ke lokasi masjid, ada jembatan besi penghubungnya. Sayangnya,
masjid tersebut tidak ada namanya. Salah satu warga yang tinggal tidak
jauh dari lokasi tersebut mengaku tidak tahu sama sekali masjid tersebut.
Gatot (bukan nama sebenarnya), warga sekitar, mengaku, belum pernah
sekalipun dirinya melaksanakan ibadah shalat di masjid tersebut. Dia
mengaku tidak mengenal sama sekali orang-orang yang melaksanakan ibadah
di masjid tersebut.
“Jangankan saya, lah yang tinggal tepat di samping masjid itu saja tidak
pernah shalat di situ. Bukannya dilarang, tapi karena
yang datang saya tidak mengenalnya,” jelasnya.
0 komentar: