Penghinaan
terhadap Islam, terhadap Rasulullah SAW kembali berulang. Kali ini
sebuah film murahan ‘Innocence of Muslim’ menyerang Islam dengan
menggambarkan Islam sebagai sebagai agama kekerasan, penuh kebencian,
dan mengeksploitasi seksual. Perlu kita garis bawahi, penghinaan
terhadap Islam bukanlah dilakukan secara tidak sengaja, tanpa
perencanaan, dan dilakukan oleh orang-orang yang ‘dungu’. Tidak sama
sekali.
Berulangnya penghinaan terhadap Islam, Alquran, Rasulullah SAW,
menunjukkan hal ini merupakan kebijakan yang sistematis dilakukan oleh
Barat dan didukung oleh pemerintah Barat . Film ini merupakan bagian
dari war on Islam yang tidak bisa dipisahkan dari war on terrorism. Proyek besar Barat. Apalagi tujuannya kalau tidak menyudutkan Islam!
Sebelumnya pada tahun 2006, umat Islam memprotes karikatur kartun
Denmark yang menghina Rasulullah SAW. Pada 2010 lalu, seorang pendeta
Florida, Terry Jones, secara terbuka menyerukan pembakaran Alquran pada
ulang tahun kesembilan 9/11. Tentara AS pada Februari (2012) membakar
secara sengaja 315 salinan materi keagamaan termasuk Alquran di penjara
Bagram, Afghanistan. Penghinaan terhadap Alquran juga dilakukan di
penjara-penjara kejam Amerika Serikat di Guantanamo.
Jauh sebelum itu, demonisasi (setanisasi)
terhadap Islam, secara sistematis dikembangkan dalam studi orientalisme
pada abad pertengahan yang berkembang di Barat. Kajian ini dilakukan
oleh para cendekiawan Barat dengan gereja sebagai penggerak utamanya,
jadi bukan orang-orang dungu. Kebencian kaum orientalis terhadap Islam
tampak dari julukan mereka menyebut Rasulullah Muhammad SAW dengan
sebutan “Mamed, Mawmet, Mahoun, Mahun, Mahomet, Mahon, Machmet” yang
semua kata itu memiliki makna satu, yakni setan (devil).
Seperti yang dinyatakan Edward Said dalam Covering Islam (1997): pada
sebagian besar abad pertengahan dan awal kebangkitan Renaissance di
Eropa, Islam diyakini sebagai agama setan, murtad, penghujatan dan
ketidakjelasan. “… Muhammad adalah seorang nabi palsu, penabur
perselisihan, sosok yang mementingkan kesenangan fisik, munafik, dan
agen setan”.
Upaya demonisasi ini tidak berhenti hingga sekarang. Dalam rekomendasi yang dikeluarkan Cheryl Benard (the RandCorporation)
disebutkan ada beberapa ide yang harus terus menerus diangkat untuk
menjelekkan citra Islam : perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi
kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan kebolehan suami
untuk memukul istri.
Penting untuk dicatat, salah satu tujuan utama orientalisme adalah
menghancurkan kekhilafahan Islam lewat perang pemikiran dan budaya
setelah mereka gagal dalam perang fisik. Cara yang sama mereka lakukan
sekarang ini untuk membendung tegaknya kembali Khilafah Islam yang akan
menerapkan seluruh syariah Islam. Program terkini mereka adalah
deradikalisasi yang merupakan bagian dari paket War on Terrorism.
Dalam program ini yang disebut radikal adalah mereka yang menyerukan syariah, khilafah, jihad fi sabilillah,
anti penjajahan Barat, dan yang menginginkan diusirnya Zionis Yahudi
dari Palestina. Deradikalisasi artinya menghilangkan pemikiran Islam
tersebut dari kaum Muslim dan melakukan kriminalisasi terhadap pemikiran
itu dengan mengaitkan dengan teroris. Mereka tak peduli meski banyak
kelompok Islam yang memperjuang khilafah justru menegaskan jalan
perjuangannya tanpa kekerasaan dan tidak angkat senjata seperti Hizbut
Tahrir.
Semua ini adalah program terencana negara-negara Barat yang didukung,
difasilitasi, oleh pemerintah mereka. Maka tidak mengherankan kalau
Hillary Clinton menyatakan sulit untuk mencegah penghinaan terhadap
Rasulullah dengan alasan kebebasan berpendapat yang dilindungi dalam
konsititusi Amerika. Tujuannya sama dengan orientalisme, menyerang Islam
untuk mengokohkan penjajahan Barat terhadap dunia Islam.
Di sinilah letak penting seruan Hizbut Tahrir Indonesia untuk
memperjuangkan kembali khilafah. Dalam pernyataan persnya Jubir HTI,
Muhammad Ismail Yusanto menegaskan: Menyerukan kepada seluruh umat Islam
untuk bahu-membahu dalam membela kehormatan Nabi Muhammad dan menolak
dengan keras setiap paham atau doktrin yang tidak Islami seperti doktrin
tentang HAM, sekulerisme dan liberalisme serta sungguh-sungguh berjuang
menegakkan khilafah. Karena hanya khilafahlah yang akan secara nyata
menghentikan semua penghinaan itu, serta melindungi kehormatan Islam dan
umatnya, sebagaimana pernah ditunjukkan oleh Khalifah Abdul Hamid II
terhadap Prancis dan Inggris yang hendak mementaskan drama karya
Voltaire, yang menghina Nabi Muhammad SAW. Ketegasan sang Khalifah, yang
akan mengobarkan jihad melawan Inggris dan Prancis itulah yang
akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Nabi
Muhammad tetap terjaga
0 komentar: