::
Start
sumber informasi dan persahabatan

Navbar3

Search This Blog

Minggu, 25 November 2012

Makin Dikutuk, Zionis Israel Kian Brutal

 Jalur Gaza semakin bersimbah darah. Meski dikecam para pemimpin seluruh dunia, terutama negara-negara Islam, aksi rezim Zionis itu tak berhenti memberangus bangsa Palestina.
 Sejak Rabu pekan lalu hingga Selasa (20/11) kemarin, roket Israel telah menghantam 1.400 titik di kota Gaza. Dengan dalih menghancurkan markas Hamas yang mereka anggap teroris, Israel telah menewaskan 120 orang, termasuk wanita dan anak-anak.

Kebanyakan serangan Israel dilakukan dari udara menggunakan pesawat tempur F-16, dibantu oleh kapal perang yang bersiaga di perairan Gaza. Sementara itu, menurut juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), pejuang Hamas telah menembakkan 544 roket ke wilayah Israel. Sebanyak 290 di antaranya gagal mendarat karena ditangkal oleh sistem pertahanan Iron Dome.
Agresi Israel atas Gaza dimulai dengan penyerangan dari udara yang menggugurkan Komandan Militer Hamas Ahmed al-Jabari. Serangan tersebut lantas diteruskan dengan serangan-serangan lainnya yang menggugurkan banyak warga sipil Gaza.
Israel mengklaim, serangan mereka berhasil menghancurkan ratusan gudang senjata Gaza, termasuk bunker yang menyimpan persediaan roket Grad yang mampu mencapai jarak 40 km. Israel juga mengaku telah menghancurkan banyak roket Fajr-5 buatan Iran yang bisa masuk ke wilayah Israel sedalam 60 km.
Saat Mesir menggalang upaya diplomatik untuk gencatan senjata, pihak Israel malah bersiap melakukan invasi darat ke Gaza. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Oren.
Menurut Oren, invasi darat adalah cara terakhir untuk membasmi Hamas jika solusi diplomatis tidak dihasilkan. "Persenjataan berat seperti tank, artileri dan infanteri telah kami tempatkan di dekat perbatasan dengan Gaza," ujarnya. Ia menambahkan, sebanyak 75.000 tentara Israel telah ditugaskan untuk mengepung Palestina, dan setengahnya telah disiagakan di perbatasan.
Menghadapi rencana serangan darat itu, pemimpin Hamas Khaled Meshaal tidak merasa jerih. "Kami tidak ingin peningkatan ketegangan, atau perang di darat. Tapi jika itu terjadi, kami tidak takut dan tidak akan mundur," tegasnya.

Upaya diplomasi untuk menghentikan kekerasan di Gaza masih terus dilakukan. Kemarin, Sekjen PBB Ban Ki-moon dan delegasi Israel menyambangi Mesir untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata. Mesir sebagai pihak mediator mengaku optimis pembicaraan tiga pihak akan berlangsung positif.
Menurut pihak Mesir, Hamas setuju gencatan senjata, jika Israel menghentikan agresinya, menghentikan pembantaian dan mencabut blokade Gaza.
Hujan Kutukan
Tragedi di Jalur Gaza itu mengundang solidaritas masyarakat internasional. Aksi protes pun bermunculan di mancanegara. Para pemrotes, walau berbeda gaya dan pendekatan, memiliki sikap yang sama: serangan apapun yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan tidak bersenjata patut dikutuk.
 Walau berdalih membalas tembakan ratusan roket Hamas dari Gaza, serangan udara Israel sejak 14 November 2012 telah mengundang kemarahan karena turut menggugurkan banyak warga sipil, termasuk anak-anak Palestina. Tidak kurang, para aktivis di Korea Selatan, pemuka umat Yahudi di Amerika Serikat, hingga anak-anak sekolah di Indonesia menyuarakan sikap yang sama: menentang serangan brutal Zionis.
 Demonstrasi massal hingga doa bersama berlangsung di beberapa tempat sejak akhir pekan lalu. Ratusan unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir telah digelar secara serentak, tidak saja di negara-negara Islam maupun negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim seperti di Indonesia, Iran, Tunisia, Yaman, Mesir, dan Aljazair. Warga di Australia, Italia, Korea Selatan, Spanyol dan lain-lain pun kompak menyuarakan kemarahan atas Israel.
Seorang warga Korea Selatan pun menyatakan solidaritasnya bagi warga Palestina dengan ikut berdemosntrasi di luar kedutaan Israel di Seoul. "Kalian tidak boleh memaksa warga Palestina jadi korban. Kalian tidak boleh membunuh anak-anak di mana pun," tegas aktivis tersebut.
Seruan serupa juga dilontarkan warga Australia saat ikut berdemonstrasi di Kota Sydney. "Israel tengah menerapkan kebijakan yang membantai banyak orang di Gaza," kata wanita bernama Sylvia Hale, mantan anggota parlemen dari Partai Hijau.
Sebagian publik di Amerika Serikat pun menyuarakan simpati yang sama. Saat pemerintahnya menyatakan dukungan kepada Israel, tidak sedikit para warga yang mengecam aksi militer Zionis yang menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil itu.
Dalam suatu aksi yang berlangsung di Kota New York pada Ahad (18/11), sekitar 500 orang memprotes atas jatuhnya banyak korban di kalangan warga Palestina. Bahkan ada seorang pemuka Yahudi yang turut mengecam aksi Israel. Menurut harian The New York Times, seorang rabi bernama Yisroel Dovid Weiss menyatakan simpatinya kepada warga Palestina. "Kami malu atas aksi yang sedang berlangsung mewakili bangsa kami. Kami justru menangisi para korban," kata Weiss.
Konflik Gaza Mengguncang Ekonomi Dunia
Agresi brutal Israel di Jalur Gaza dalam sepekan terakhir tidak saja menimbulkan banyak korban jiwa, tapi juga mengguncang ekonomi dunia. Indikasinya, hari ini harga minyak di pasar internasional sudah mulai naik di saat perekonomian global belum pulih dari resesi.
Diprediksi, kelangkaan minyak akan terjadi permintaan pasar bakal meningkat menjelang musim dingin di Amerika Serikat dan Eropa serta negara-negara lain pada akhir tahun. Ditambah pula muncul seruan dari gerakan Hizbullah Lebanon kepada negara-negara Arab agar mengurangi produksi minyak mereka, atau menaikkan harganya di pasar dunia.
Hizbullah termasuk kelompok yang disegani di Timur Tengah. Seruan dari Hizbullah dianggap sebagai cara efektif untuk membuat para konsumen utama yang merupakan sahabat Israel, seperti AS dan Eropa, agar bisa menekan rezim Zionis menghentikan agresi brutal ke Gaza.
Konflik Gaza itu tidak saja merugikan ekonomi Israel dan Palestina. Dunia pun cemas karena konflik ini bisa berpengaruh pada naiknya harga minyak. Menurut laman RTE, harga minyak dalam transaksi elektronik untuk perdagangan Asia di bursa New York pada Senin pagi 19 November naik di atas US$87 per barel. Di bursa London, harga minyak Brent juga naik, yaitu sebesar 55 sen menjadi US$109,5 per barel. Padahal Jumat pekan lalu sudah naik hingga US$108,95 per barel.
Para investor sudah mulai mengkhawatirkan berkurangnya pasokan minyak dari Timur Tengah. Apalagi bila konflik Israel-Palestina di Gaza terus berlanjut. Naiknya harga minyak bisa menjadi masalah besar bila muncul sikap yang frontal dari negara-negara Arab penghasil minyak di Timur Tengah.
Seruan dari pemimpin Hizbullah agar negara-negara Arab menggunakan segala cara untuk mendukung Palestina dari serangan Israel, semakin membuat ketar ketir para pemimpin dunia. "Kurangi ekspor minyak kalian atau naikkan sedikit harganya, pasti bakal mengguncang AS dan Eropa. Dengan tekanan demikian, maka tidak perlu mengerahkan bala tentara, tank atau pesawat tempur," demikian saran Sayid Hasan Nasrullah, seperti dikutip Reuters pekan lalu.
Meski dampak ekonomi di level internasional belum terlalu nampak, di tingkat regional sudah terasa. Setidaknya, sektor wisata di wilayah Israel dan Palestina langsung drop akibat konflik yang disebut Zionis sebagai operasi militer 'Pillar of Defense' untuk menghantam kelompok Hamas di Gaza yang bersenjatakan roket itu. (

0 komentar: