Ulul Albab, Membaca Alam Semesta
Ulul-albab disebut enambelas kali dalam
Al-Qur’an. Menurut Al-Qur’an, ulul albab adalah kelompok manusia
tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di
antara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksanaan, dan
pengetahuan, disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris:“
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang
siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak.
Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul-albab.” ( QS. Al Baqarah 2:269 )
Orang yang pintar atau berpengetahuan adalah orang-orang yang:
- Bisa melihat alam dan berbagai fenomenanya untuk bekal kehidupannya. Dengannya ia mampu berfikir dan berdzikir untuk mengagungkan Allah,
- Orang yang hatinya senantiasa di isi dengan hal-hal yang mampu membuat ia takut kepada Allah,
- Orang yang lidahnya senantiasa basah dengan Istighfar kepada Allah, dan
- Orang yang mempunyai prinsip bahwa dunia ini adalah fana atau sementara dan pasti akan hancur adanya.
Ulul albab adalah orang yang mampu
mengharmonisasikan kekuatan intelektual dan spiritualnya. ciri utama
generasi Ulul Albab adalah generasi yang senantiasa mengingat Allah
dalam setiap keadaan dan kesempatan dan dalam segala aktivitas.
Karakteristik Ulul Albab :
1. Selalu mambekali diri dengan takwa
(Musim) haji adalah beberapa bulan
yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu
akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku
hai orang-orang yang berakal. (QS. al-Baqarah 2:197 )
2. Mampu mengambil hikmah/pelajaran dari firman-firman Allah
Allah menganugrahkan al hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia
benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).( QS. al-Baqarah 2:269 )
3. Selalu mencermati fenomena
Apakah kamu tidak memperhatikan,
bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.( QS. az-Zumar 39:21 )
4. Mampu memadukan kekuatan akal dan qalbu
190. Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.( QS. 3 : 190 – 191 )
5. Sangat yakin akan adanya kehidupan akhirat, karena itu selalu mohon perlindungan pada Nya
Ya Tuhan kami, Sesungguhnya
barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah
Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, Maka
kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami
beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami
apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan
rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat.
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”( QS. ali-Imran 3:192–194 )
6. Mampu memisahkan yang baik dan yang buruk walau yang buruk amat menarik
Katakanlah: “Tidak sama yang buruk
dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka
bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.”( QS. al-Maidah 5:100 )
7. Mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidup dirinya atau orang lain
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka
itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran
itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.( QS. Yusuf 12:111)
8. Rajin shalat malam
(apakah kamu Hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. az-Zumar 39:9)
9. Kritis dalam menilai suatu pemikiran
Yang mendengarkan perkataan lalu
mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
mempunyai akal. ( QS. az-Zumar 39:18 )
10. Menjadikan Al Qur’an sebgai kitab suci pencerahan
(Al Quran) Ini adalah penjelasan
yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.( QS. Ibrahim 14:52 )
Membaca Alam Semesta
Alam semesta dapat menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan asalkan kita dapat membuka diri terhadapnya. ~ James Redfield~
Memandang dan Membaca alam semesta yang
begitu luas, menimbulkan berbagai decak kagum yang luar biasa.
Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tersungkur dalam
sujud dengan linangan air mata penuhi rasa takjub tatkala mendengar ayat
penciptaan semesta, “Sesunggunya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang
yang berakal (ulul albab)” (QS. Ali Imran 3:190). Sampai-sampai Rasul pun bersabda, “celakalah orang yang membaca ayat ini hanya semata membaca, dengan tidak memperhatikan kandungan didalamnya.” seperti yang dikisahkan ibnu Mardawaih melalui Atha’ juga Aisyah ra, dalam tafsir Ibnu Katsir.
Subhanallah. Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dengan begitu sempurna menajamkan olah
rasanya untuk mengingat (dzikir) pada Tuhan dan analisinya yang begitu
akurat dalam memaksimalkan daya pikirnya untuk memikirkan keagungan alam
semesta. Maka tak salah kalau Michael H. Hart menjadikan sosok Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sebagai tokoh paling berpengaruh dalam
sejarah di antara seratus tokoh berpengaruh, yang mencapai kesuksesan
puncak pada level religius dan sekuler.
Membaca Alam semesta dengan seksama akan
membukakan ketakjuban yang luar biasa atas berbagai keajaiban fenomena
semesta raya. Alam semesta adalah sebuah buku besar yang siap untuk di
baca. Ia menyajikan berbagai “bahan” yang siap di olah dan di bentuk
menjadi sebuah racikan berharga bagi siapa saja yang mau dan mampu
menggunakan “akal” dan pengetahuannya.
Beberapa ilmuwan yang menjadikan alam
semesta sebagai salah satu bahan bacaan telah melahirkan kesuksesan yang
luar biasa, diantaranya tokoh ilmuwan Barat seperti, Newton seorang
tokoh revolusioner sains modern, Einstein sebagai tokoh ilmuwan besar
dengan teori relativitasnya, Stephen W. Hawking sebagai tokoh tersohor
di dunia yang masih hidup hingga sekarang dengan theory of everything
nya, atau tokoh Muslim seperti, Al Biruni sebagai peletak dasar sains
modern, Jabir Ibn Hayyan sebagai bapak Kimia Modern, Ibn Sina sebagai
perintis dunia kedokteran, Al Khawarijmi perintis Al Jabar dan
Logaritma, Althusi sebagai konseptor observatorium dll.
Mereka semua adalah sebagian kecil dari
orang-orang sukses di dunia yang menjadikan alam semesta sebagai salah
satu buku bacaan dalam mengisi perjalanan hidupnya. Mereka semua adalah
orang-orang sukses yang telah melahirkan konsep-konsep, teori-teori
dengan hasil temuan dan eksperimennya dalam analisis daya pikirnya untuk
selalu memikirkan keagungan alam semesta. Tak hanya berhenti sampai
disitu, bagi kita bagaimana alam semesta ini sebagai sebuah buku bacaan
yang terhampar luas mampu memberikan ruang untuk menjadikan kita sukses
tak hanya di dunia tapi juga di akhirat karena kita adalah orang-orang
yang berakal (ulul albab), seperti dipesankan oleh Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di atas, “celakalah orang yang membaca
ayat ini (QS. Ali Imran 3:190) hanya semata membaca, dengan tidak
memperhatikan kandungan didalamnya”.
Prof Dr. Quraish Shihab memaknai Ulul Albab sebagai orang-orang yang memiliki akal yang murni. Kata Al Albab
adalah bentuk jamak dari Lubb yaitu saripati sesuatu. Kacang, misalnya
memiliki kulit menutupi isinya. Isi kacang dinamai lubb. Ulul Albab
adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi
oleh “kulit”, yakni kabut ide, yang dapat melahirkan kerancuan
berpikir. Yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai
kepada bukti yang nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Siapakah sesungguhnya yang disebut dengan orang-orang berakal (Ulul Albab)? Tuhan menjawab dalam firmanNya:
“(yaitu) orang-orang yang berdzikir (mengingat) Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali Imran 3:191).
Berdzikir; memurnikan kebeningan hati
Dalam Islam, seluruh amal ada
batas-batasnya. Misalnya amalan puasa, kita hanya diwajibkan untuk
menjalankannya pada bulan Ramadhan saja. Demikian pula amalan Haji, kita
dibatasi waktu untuk melakukannya. Menurut Imam Al Ghazali, hanya ada
satu amalan yang tidak dibatasi yaitu dzikir. Dalam Al Quran dikatakan,
“Berdzikirlah kamu kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”
(QS. Al Ahzab 33:41).
Dalam amalan-amalan lain selain dzikir
yang diutamakan adalah kualitasnya, bukan kuantitasnya. Yang penting
baik tidaknya amal, bukan banyak tidaknya amal itu. Kata sifat untuk
amal adalah ‘amalan shaliha bukan amalan katsira. Tapi khusus untuk
dzikir, Al Quran memakai kata sifat Dzikran Katsira, bukan Dzikran
Shaliha. Betapapun jelek kualitas dzikir kita, kita dianjurkan untuk
berdzikir sebanyak-banyaknya. Karena dzikir harus kita lakukan
sebanyak-banyaknya, maka tidak ada batasan waktu untuk berdzikir. Oleh
karena itu, ciri pertama yang mengaku dirinya Ulul Albab senantiasa
berdzikir di setiap keadaan baik ketika berdiri, duduk atau dalam keadan
berbaring.
Perhatikan, kalimat “berdzikir
sebanyak-banyaknya” menunjukan bahwa seseorang harus mengingat Tuhan
secara berulang-ulang. Bagaimana Tuhan mengajarkan kita cara luar biasa
dalam membangun kalimat positif secara berulang-ulang sehingga
pengulangan kata dzikir ini mampu menembus alam bawah sadar kita.
Pengulangan kata positif itulah yang disebut afirmasi, yang akhir-akhir
ini merebah di kalangan hypnoterapi yang disebut dengan self-hypnosis.
Self-hypnosis ini sebagai salah satu cara membangun keyakinan diri
(self-belief) dan kekuatan mental seseorang hingga mencapai kesuksesan
sesuai dengan yang diafirmasikannya.
Maka dzikir pada level yang lebih tinggi
adalah salah satu cara afirmasi dalam membentuk kekuatan jiwa serta
kebeningan hati. Karena pada dasarnya hati setiap manusia itu bening,
lalu tugas kita adalah bagaimana mengembalikan kebeningan hati kita
setelah sekian lama berbagai pikiran, perasaan dan tindakan negatif
mengotorinya. Maka dzikir yang banyak adalah salah satu jawabannya.
Seperti halnya air bening dalam gelas
yang terkena setetes tinta hitam, maka berubah pula warna air itu
menjadi hitam. Untuk mengambalikan air yang terkena tinta itu menjadi
bening kembali maka dibutuhkan air bening baru yang lebih banyak untuk
dicampurkan. Sekali lagi, untuk menghilangkan satu tetes tinta hitam
saja dibutuhkan air bening baru yang begitu banyak. Hal ini berarti
untuk mengeluarkan atau menghapus satu noktah hitam [dosa atau
kesalahan] di dada ini dibutuhkan dzikir sebanyak-banyaknya, hingga
noktah itu hilang dan menjadikan hati tetap bening kembali.
Kondisi Air yang bening atau hati bening
seperti ini yang oleh Prof. Quraish Shihab disebut dengan kondisi
Ikhlas. Menurutnya ikhlas adalah mengeluarkan sesuatu dari sesuatu yang
bukan esensinya. Air itu adalah hati kita. Air atau hati itulah esensi,
tinta hitam sesuatu yang bukan esensi, sementara dzikir adalah tindakan
yang mampu mengeluarkan pengotor dari beningnya hati itu sendiri.
Kebeningan hati inilah yang kelak menyingkapkan kemampuan membaca
berbagai aktivitas kita dengan mata hati dari cahaya Ilahi yang terang.
Bahkan ketika kita sedang mencari anugerah Allah, bekerja mencari
nafkah, kita tak boleh meninggalkan dzikir, sehingga seluruh aktivitas
kita mendatangkan kesuksesan atau keberuntungan. Apabila Telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya
kamu beruntung (QS Al Jumuah 62:10).
Begitu penting dan bernilainya dzikir
untuk dilakukan, menjadikan orang yang tidak berdzikir dikategorikan
sebagai orang munafik. “dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali” (QS An Nisa 4:142). Jadi, salah satu ciri orang munafik
itu adalah orang yang sedikit berdzikir.
Dalam praktiknya, dzikir seperti apa
yang dapat dilakukan dalam mengiringi dan tanpa mesti menghentikan
seluruh aktivitas keseharian kita? Sederhananya, dzikir bisa
diklasifikasikan berdasarkan apa yang kita baca. Menurut Abu Atha’ Al
Sukandari, dzikir dapat dikelompokan menjadi dzikir yang berisi pujian
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala misalnya Subhanallah (Maha Suci
Allah), Al Hamdulillah (Segala Puji Bagi Allah), Laaa ilaha Illallah
Huwa Allahu Akbar (tidak ada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Agung),
tapi ada juga dzikir yang berisi doa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Misalnya, Rabbana Atiina fi Dunnya Hasanah wa fil Akhirati Hasanah Waqina Adzaba an Naar.
Dzikir pun bisa berisi percakapan perasaaan kita kepada Allah. Dzikir
seperti itu disebut Munajat. Orang yang sudah mencapai maqam tertentu,
selalu berdzikir dengan bermunajat.
Kalau kita perhatikan secara seksama,
tak hanya manusia, seluruh alam semesta berdzikir kepada Allah dengan
cara tasbihnya mereka yang tak pernah kita pahami. Sesungguhnya alam
semesta mengajarkan kepada manusia agar selalu ingat kepada Allah.
Spirit dzikir inilah yang diajarkan Tuhan melalui alam semesta kepada
manusia. Sebagaimana firmanNya; “Maha suci dan Maha tinggi Dia dari
apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu
sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun” (QS Al Israa 17 :44).
Spirit dzikir diatas tidak lain adalah
kekuatan spiritual atau kekuatan jiwa yang diajarkan Tuhan kepada kepada
seluruh makhluk terlebih manusia agar selalu menyerrtakannya dalam
seluruh rangkaian aktivitas kehidupan kita di dunia, dalam bekerja,
belajar, membaca dan merenungkan alam semesta ini sehingga mendatangkan
keberuntungan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat.
Karena sesungguhnya, di luar kecerdasan
otak, sikap mental yang baik dan kekuatan motivasi, faktor yang sangat
berperan dalam membangkitkan kehebatanmu adalah kejernihan spiritual.
Bila sedang shalat, Ali bin Abi Thalib tidak lagi merasakan beratnya
segala kesusahan dunia. Ketika menantu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, ini terkena anak panah, ia mendirikan shalat dan minta agar anak
panah itu dicabut pada saat ia sedang khusyuk dalam shalatnya. Benarlah
anak panah itu disabut dan Ali bin Abi Thalib seperti tidak merasakan
sakit sama sekali. Kisah ini menggambarkan pada kita bahwa kondisi
Ruhani kita berpengaruh sangat besar terhadap ketajaman otak, kekuatan
fisik, dan kecemerlangan pikiran kita. Seperti halnya seorang penulis
fiksi, menulis fiksi hanya dengan mengandalkan kekuatan imajinasi, akan
menyerap energy yang lebih besar, butuh ketenangan untuk menuangkannya,
dan meminta daya tahan yang cukup tinggi.
Ketajaman dan kejernihan spiritual
(ruhiyah) kita berpengaruh terhadap kuat tidaknya pemikiran kita atas
apa yang dibaca. Untuk menelurkan proses berpikir kreatif yang utuh,
kekuatan spiritual sangat mempengaruhinya. Imam Bukhari setelah
melakukan penelitian secara seksama, mendalam dan ekstra teliti,
mengharuskan dirinya melakukan shalat istikharah setiap akan menuliskan
satu hadits. Bila Allah memberi petunjuk bahwa hadits itu sebaiknya di
tulis, barulah Imam Bukhari menuangkannya dalam tulisan. Begitulah
setiap hendak menuliskan satu hadits, ia selalu melakukan shalat
istikharah. Hasilnya Shahih Bukhari menjadi kitab yang insya Allah
paling berkah dan sampai hari ini menjadi rujukan yang paling dipercaya.
Imam Malik yang terkenal dengan kitab
Muwaththa nya, memiliki kisah lain. Bila orang datang hendak meminta
fatwa, Imam Malik bisa segera keluar untuk menemui. Tetapi, bila ada
yang datang hendak belajar hadits, Imam Malik memerlukan diri untuk
mandi terlebih dahulu. Hadits merupakan perkataan yang agung sehingga
Imam Malik memerlukan diri untuk menyucikan jiwa sebelum menyampaikan.
Apa yang dilakukan Imam Bukhari dan Imam
Malik adalah gambaran bagi kita bahwa sebelum melakukan aktivitas,
menghadirkan kejernihan spiritual dengan selalu mengingat (berdzikir)
kepada Yang Maha Suci, menjadi langkah awal dalam menemukan dahsyatnya
hati dalam menghasilkan kekuatan ‘membaca’ yang mengalir dengan deras
dan semangat menggebu menghadang penghalang yang ada. (Sumber: energikultivasi.wordpress.com)
Mengenal Dalil-dalil Ulul Albab
Didalam Al-quran hanya terdapat 15 dalil mengenai Ulul Albab (orang-orang yang berakal). Berikut adalah dalil-dalil tersebut :
الْحَجُّ أَشْهُرٌ
مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ
وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ
اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا
أُوْلِي الأَلْبَابِ
1. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi(1), Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats(2),
berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.
dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa(3) dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. (Q.S. Albaqarah 2:197)
يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن
يَشَاء وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيراً وَمَا
يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
2. Allah menganugerahkan Al Hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar
telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Q.S
Al-Baqarah 2: 269)
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَاْ أُولِيْ الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
3. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertakwa. (Q.S Al-Baqarah 2:179)
هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ
وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ
فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاء الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاء
تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا
يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ
4. Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat(4), Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat(5).
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka
mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada
yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Q.S Ali Imran 3:7)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
5. Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (Q.S Ali Imran 3:190)
قُل لاَّ يَسْتَوِي
الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ
فَاتَّقُواْ اللّهَ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
6. Katakanlah: "tidak sama yang buruk
dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka
bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan." (Q.S Al Maidah 5:100)
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
7. Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran. (Q.S Shaad 38:29)
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَى كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ
8. Dan Kami anugerahi Dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka
sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai fikiran. (Q.S Shaad 38:34)
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ
آنَاء اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ
لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Az-Zumar 39:9)
الَّذِينَ
يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ
هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُوْلَئِكَ هُمْ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
10. Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya(6)
mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka
Itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S Az-Zumar 38:18)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ
اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ
ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَذِكْرَى لِأُوْلِي الْأَلْبَابِ
11. Apakah kamu tidak memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya
menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu
kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S Az-Zumar 38: 21)
هُدًى وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ
12. Untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir. (Q.S Al-Mu'min 40:54)
لَقَدْ كَانَ فِي
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى
وَلَـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ
وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
13. Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al
Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S Yusuf 12: 111)
أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
14. Adakah orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama
dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang
dapat mengambil pelajaran, (Ar-Ra'd 13:19)
هَـذَا بَلاَغٌ
لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَـهٌ
وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ
15. (Al Quran) ini adalah penjelasan
yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan
dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
(Q.S Ibrahim 14:52)
(1) Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.
(2) Rafats artinya mengeluarkan Perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh.
(3) Maksud bekal takwa di sini
ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina
atau minta-minta selama perjalanan haji.
(4) Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
(5) Termasuk dalam pengertian
ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian
dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah
diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya
Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang
ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka
dan lain-lain.
(6) Maksudnya ialah mereka yang
mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi
yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang
paling baik
0 komentar: